#AbisNgulik: Bincang-Bincang Buku 20
Di hari Minggu, 30 Oktober 2022 lalu, Bincang-Bincang Buku edisi ke-18 diadakan. Seperti biasa kami berbincang tentang buku-buku apa yang sudah kami baca selama sebulan itu. Dan inilah beberapa ulasan buku yang sempat dibagikan.
Alfons
Climate Change is Racist by Jeremy Williams
Penulisnya besar di Madagaskar, Kenya, jadi merasa dekat dengan isu climate change dan rasisme. Ia membahas dari perspektif Global North & Global South. Ia menunjukkan fakta bagaimana sebenarnya adanya ketimpangan. Pemakai energi terbesar dari North America & Eropa, mereka maju lebih dulu sehingga kemudian bisa punya pilihan untuk memilih energi yang lebih ‘hijau’ misalnya. Sedangkan untuk Global South sendiri, bisa jadi secara sistem belum punya banyak pilihan. Penulis ingin mengajak banyak orang lebih sadar bahwa krisis iklim ini itu sistemik, jadi tidak bisa menggunakan solusi yang sama-rata untuk semua.
“If you’ve been able to cut your carbon footprint and feel like you’ve done your bit, there’s an element of privilege to that too. Those who are most vulnerable have footprints so small that there’s nothing to cut, and they experience climate change as something that is done to them, not something that we’re all bound up in collectively.”
“You can tell me I have to live with less, but nobody should say it to the billion people who live on a couple of dollars a day. This kind of language obscures the injustice of our climate predicament.”
review: https://medium.com/side-a/climate-change-is-racist-653f2564ade0
Al
Oh The Places You Go! by Dr. Seuss
Baca buku ini dari komunitas. Sudah pernah lihat YouTube-nya, tetapi baru kali ini baca buku secara full. Pertama kali baca terasa tepat waktu karena saat mengalami Life Quarter Crisis. Meski buku ini ditujukan untuk anak-anak, sering diberikan sebagai hadiah untuk anak yang lulus sekolah, tetapi sebenarnya punya nilai yang tepat untuk kehidupan secara luas.
Devon
How To Not Die Alone by Logan Ury
Baca karena tertarik dari rekomendasi Ali Abdaal. Awalnya berekspektasi untuk bisa let go tentang relationship, tetapi ternyata agak berbeda. Di buku ini diulik dari sisi behavioural. Ada beberapa bagian: why we are single, how (to not die alone). Di bagian how itu terasa kurang relateable. Ada beberapa tipe orang: romanticiser, maximiser, hesitater.
Tania
Bagaimana Berubah (How To Change) Sekali untuk Selamanya by Katy Milkman
Bahas kenapa mau punya habit baru itu susah. Menurut penulis, mengubah habit itu sebuah problem yang perlu ditemukan penyelesaian masalahnya. Ia dan teman-temannya banyak meriset perilaku manusia. Penulis ada menceritakan tentang Andre Agassi, yang pintar tetapi menurun performanya. Agassi kemudian bertemu seseorang yang bisa mengubahnya. Orang ini bilang bahwa Agassi terlalu fokus pada diri sendiri, tidak memperhatikan lawannya, kelemahannya agar bisa menang. Penulis bilang, untuk berubah, kita biasa meniatkan untuk berubah tapi yang kita lupa adalah tidak mempelajari rintangan yang akan kita hadapi untuk berubah. Dengan demikian, tiap orang bisa berbeda-beda strateginya, karena rintangan dan kesulitan yang dihadapi pun beda-beda. Di buku ini dibahas strategi-strategi yang bisa kita terapkan supaya kita bisa lebih berhasil dalam melakukan perubahan. Apapun strateginya, syarat utama adalah kita sendiri harus punya keinginan mau berubah dari dalam diri kita sendiri, bukan dipaksa. Di chapter pertama penulis membahas mengenai timing, misalnya pada saat tahun baru, orang cenderung merasa memulai awal yang baru dan hal itu dapat memiliki efek psikologis yang membantu kita untuk berubah. Chapter selanjutnya penulis membahas mengenai godaan, menunda, malas, lupa, masalah kepercayaan diri, penyelarasan, dan di chapter terakhir penulis membahas mengenai bagaimana perubahan dan kebiasaan baik itu harus terus dipelihara dan dipertahankan.
Vinka
Productive Muslim by Faris Mohammad
Buku bagaimana menggabungkan produktif dan agama. Sayangnya ada beberapa hal yang kurang realistis dan dipandang dari sisi laki-laki saja (kurang aplikatif untuk dijalani perempuan).
How to Have The Energy
Buku tentang nutrisi dan produktivitas
Wuthering Heights by Emily Bronte, Charlotte Bronte
Ditulis di abad 18 dan cukup kontroversial karena banyak tragis daripada romantic novel. Lebih banyak yang dramatis seperti marah dan pembunuhan. Dulu sempet ditulis dengan nama pena. Bercerita tentang perselisihan antara dua keluarga. Menjadi legendaris karena yang nulis perempuan dan best seller. Yang sedih karena cerita dibaliknya, yaitu penulis yang juga mengalami kejadian tragis dalam hidupnya. Yang jadi kekuatan buku ini adalah sangat deskriptif.
Terima kasih untuk semua yang sudah hadir di Bincang-Bincang Buku bulan ini! Kamu mau ikut juga ngobrolin buku yang sudah kamu baca? Event ini diselenggarakan secara rutin di hari Minggu terakhir di tiap bulannya. Ikutan yuk! Kalau mau ikut, tolong isi form di bawah ini agar kami dapat mengirimkan undangannya ke kamu.