Tanggal 23 Mei 2021 lalu, Alfons dan Devon membuka diskusi tentang overload informasi. Berawal dari postingan Instagram Alfons tentang bagaimana me-manage informasi, lalu kita lanjutkan di #NgulikBareng.
Formatnya kita mengumpulkan beberapa pertanyaan dari teman-teman lalu dijawab bersama-sama, dan inilah pertanyaan dan jawaban dari teman-teman yang kita diskusikan bersama:
Menurut kalian bagaimana caranya agar tetap "waras" di tengah banyaknya informasi yang kalian dapatkan terutama di dunia digital?
Di handphone, kita bisa melakukan ini:
Gak install news-app.
Uninstall aplikasi yang jarang dipakai.
Sebelum tidur airplane mode.
Gak install socmed app dan email app di HP. Memaksa membiasakan lewat browser. cc: Tim Ferriss
Di social media, bisa melakukan ini:
filtering siapa yg kita follow, mendisiplinkan jam buka sosmed,
Marissa Anita memberi saran untuk mencoba digital minimalism, based on Cal Newport's book.
Pakai fitur hide story + feed dr beberapa temen yang “kurang penting” dalam artian ga perlu tau kabarnya pun tidak apa-apa atau kadang yang postingannya isinya ngeluh terus-terusan.
Unfollow akun yang udah ga sesuai value. Follow akun berita cukup satu aja kalo emang bener-bener penting.
Overload informasi bikin insecure dan lelah hati dan pikiran. Gimana caranya supaya tetep waras tapi update sama keadaan sekitar kita?
Pelan-pelan filtering. Kalo terburu-buru atau drastis filtering-nya mungkin malah jadi "craving information".
Mencoba memilih newsletter mana yang cocok untuk kita subscribe.
Di setiap informasi kita harus tau apakah ini penting untuk kita saat ini atau tidak, kalau ga ya let it flow, kalau iya take it.
Sediakan waktu untuk menghubungi keluarga dan teman dekat.
Mungkin bisa ditanyakan kembali ke diri sendiri, “apakah betul overload informasi yang jadi penyebab insecure atau lelah hatinya?”
Bagaimana cara mengetahui bahwa kita sedang overload informasi dan FOMO?
Tetep perlu diakui bahwa manusia makhluk sosial, jadi "mungkin" memang otak kita lebih mudah untuk merasa FOMO.
We humans have a dual nature - primata yang egois yang juga ingin menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari kita. (Jonathan Haidt).
Ketika tidak ada output yang jelas, biasanya udah mulai tanda-tanda overload.
Saat capek sendiri dan ga merasakan adanya dampak yang berarti dari info-info yang diterima itu.
FOMO itu dekat dengan rasa iri & batas diri sendiri. Self-awareness bisa bantu accepting & bantu untuk mengatasi FOMO.
How to deal apakah kita memang memerlukan informasi tersebut atau hanya sekedar takut akan FOMO?
Refleksi, info atau data tersebut mau kita pakai buat apa ya?
Menerima informasi untuk sekadar tahu atau untuk meningkatkan/memperdalam pemahaman? Mungkin bisa dikira-kira juga lagi ada prioritas atau fokus apa di jangka pendek atau jangka panjang.
Mmencoba membuat list buat evaluasi dan akhirnya mengeliminasi mana yang betul-betul penting buat perkembangan diri untuk mendukung mencapai goal. Penting buat orang lain bukan berarti penting kita dan sebaliknya.
Gimana cara biar kita nggak bingung sm info2 yang masuk?
Bisa coba Pendekatan Dikotomi Kendali Stoisisme.
Mengurangi dan membatasi sumber info yang gak penting.
Pelan-pelan mempelajari apa yang penting buat kita.
Bisa mundur sedikit, & kasih konteks, apa yang biasanya bikin bingung? Jumlah? Pertemanan? Urgensi? Bisa dipilah dari itu dulu.
Ignorance is Bliss.
Menurutku ada hubungannya dengan FOMO. Cara filter gimana yg selama ini dipake temen-temen?
Jarang nonton TV, membatasi notification di handphone.
Kalo di Twitter ada fitur filter kata-kata yang bisa dipake buat filter informasi yang bener-bener ga mau kita ikutin.
Jarangin follow account yang ga penting buat kita.
Dari diskusi ini, bisa disimpulkan untuk lebih self-aware apakah kita pribadi membutuhkan informasi yang beredar dimana-mana saat ini atau tidak. Apakah informasi yang kita dapatkan itu sesuai dengan tujuan atau value kita.
Terima kasih untuk seluruh peserta diskusi: Alfons, Theo, Wulan, Odit, Putri, Lusia, Sitta, Bella.