Minggu, 30 Mei 2021 Bincang-Bincang Buku #03 hadir bersama tim Lagi Ngulik dan teman-teman. Kali ini Viony harus berhalangan hadir karena kurang fit, sehingga digawangi oleh Devon & Vinka sebagai host. Banyak buku yang diulas dari berbagai genre yang dibaca teman-teman. Kita simak yuk!
Di libur lebaran yang cukup panjang, Theo berhasil menamatkan beberapa buku. Yang diceritakan oleh Theo adalah The Ten Commandments for Business Failure oleh Donald Keough. Ditulis oleh mantan CEO Coca Cola Company, buku ini secara inverted; bukan kiat sukses berbisnis, tapi cara utk menjadi gagal. Sehingga kemudian bisa dipelajari agar tidak melakukan kegagalan tersebut. Secara umum, penulis menjelaskan tidak sekadar tentang bisnis tetapi juga nilai-nilai seperti Ethics & Leadership. Beberapa di antaranya adalah berani mengambil resiko, menjaga reputasi & mengakui kesalahan. Diselipkan pula berbagai contoh kasus dari pengalaman memimpin Coca-Cola dan dunia bisnis, tetapi prinsipnya dapat dipakai sebagai prinsip kepemimpinan secara general.
Yang menarik, seperti diskusi di Lagi Ngulik tentang Overload Informasi yang terdahulu, di buku ini juga ada 1 bab yang secara khusus membahas dampak dari overload informasi. Buku-buku lain yang berhasil diselesaikan Theo adalah Competition Demystified - Bruce Greenwald, Poor Charlie's Almanack - Charles T. Munger & Outliers - Malcolm Gladwell.
Alfons baru menyelesaikan Range oleh David Epstein yang membahas tentang menjadi generalist. Menurutnya buku ini tidak mencoba membenarkan generalis sebagai pendekatan terbaik, tetapi ada orang yang memiliki tendensi sebagai specialist atau generalist. Ada 3 poin besar:
Flexibility Fleksibel antara satu tujuan ke tujuan lain, berusaha semaksimal mungkin mencoba banyak hal. Karena kita akan lebih banyak belajar dan mengenal diri dengan praktik/aksi, daripada sekadar teori.
Edukasi Kemampuan lateral, critical & analytical thinking itu kurang tercapai dengan edukasi formal saat ini. Karena edukasi saat ini tujuannya adalah untuk (mendapatkan) kerja.
Yg mengena terkait edukasi di Bab “Learning, Fast & Slow”:
It isn't bad to get answer right while studying. Progress just should not happen too quickly, with a knowledge mirage that evaporates when it matters most. As with excessive hint-giving, it will, as a group of psychologists put it, "produce misleadingly high levels of immediate mastery that will not survive the passage of substantial periods of time." For a given amount of material, learning is most efficient in the long run when it is really inefficient in the short run. If you are doing too well when you test yourself, the simple antidote is to wait longer before practicing the same material again, so that the test will be more difficult when you do. Frustration is not a sign you are not learning, but ease is.
Problem-solving
Untuk masalah yang rumit, seringkali kita memerlukan kemampuan untuk melihat masalah dari perspektif berbeda, bahkan berbeda disiplin. Karena seringkali ketika kita sudah sangat terspesialisasi dan terbiasa, kita jadi seakan “buta” atau “pakai kacamata kuda.” Untuk itu pendekatan interdisciplinary perlu ditingkatkan. Ada cerita Gunpei Yokoi yang menarik tentang proses menemukan GameBoy dan menghidupkan kembali Nintendo
Secara umum bahasan buku ini cukup luas, banyak pula poin tentang parenting. Ada catatan personal Alfons juga terkait peristiwa NASA Challenger 1986 yang bisa kalian lihat di sini.
Buku-buku yang selesai dibaca Wulan masuk di kategori fiksi. Kim Ji Yeong Born in 1982 oleh Cho Nam-ju & Convenience Store Woman oleh Sayaka Murata. Kedua novel ini mengkritisi apa yang wajar di mata masyarakat terutama bagaimana perempuan & peran-perannya. Convenience Store Woman sendiri berdasarkan pengalaman dari penulisnya yang lama bekerja sebagai pegawai di convenience store. Buku selanjutnya adalah The Midnight Library oleh Matt Haig yang menceritakan bagaimana seseorang dapat merasakan macam-macam karakter lewat The Midnight Library, seperti portal ke berbagai bentuk kehidupan. Bikin games, kata Wulan, karena tokoh ini seperti tidak pernah puas meski telah mencoba menjalani sebanyak apa pun.
The Psychology of Money by Morgan Housel adalah sebuah buku tentang uang, yang sudah jelas terlihat dari judulnya. Buku ini bagus untuk orang yang mau mulai untuk mengatur keuangannya karena diberikan mindset dan pemahaman tentang uang. Salah satu contoh pada buku ini adalah Warren Buffet yang sudah konsisten bertahun-tahun dalam mengelola uang.
Buku ini juga sangat nyaman untuk dibaca satu bab berhenti lalu dilanjutkan lagi satu bab lagi. Fani juga telah mengulas buku ini pada instagram post-nya yang bisa dibaca di bawah ini:
The Ride of a Lifetime: Lessons Learned from 15 Years As CEO of the Walt Disney Company by Robert Iger
Buku ini merupakan autobiography dari CEO Disney, Robert “Bob” Iger. Dalam menceritakan kisah hidupnya, ia membagi buku ini menjadi 2 bagian, Learning dan Leading. Pada bagian learning, ia membahas fase awal kariernya hingga iya menjadi President ABC, salah satu perusahaan penyiaran di Amerika. Kemudian di bagian leading merupakan fase dimana Bob Iger memegang unit bisnis di Disney hingga menjadi CEO-nya dan melakukan akusisi yang cukup fenomenal, yaitu membeli Pixar, Marvel, dan Fox. Buku ini juga memberikan pelajaran bisnis dan leadership, terutama tentang interaksi antar manusia.
Buku lain yang dibaca Risky adalah Breath from Salt karya Bijal Trivedi, buku tentang penemuan obat cystic fibrosis.
Steal Like An Artist by Austin Kleon
Devon membaca ulang buku ini dan menemukan kembali hal-hal baru dari buku Steal Like An Artist.
Poin utama buku ini ada pada kutipan, “There’s nothing new under the sun.” Karena tidak ada yang baru di dunia, it’s ok untuk niru tapi jangan lupa kasih credits dan menggabungkan ide-ide yang ada. Justru dari gabungan ide-ide yang ada itu, terciptalah ide-ide yang baru.
Selain itu juga ada poin yang cukup menarik, yaitu gak ada alasan untuk gak tau, karena sekarang informasi dimana-mana. Tapi harus jaga informasi yang masuk, yang mana yang perlu yang mana yang ngga supaya tidak kelebihan informasi juga.
Vinka membaca The Antidote karya Oliver Burkeman. Buku ini berargumen bahwa tidak perlu berpikiran positif untuk menjadi bahagia. Atau pertanyaan lebih lanjutnya, jangan-jangan perjuangan & perjalanan kita mencari kebahagiaan itu sebenarnya sia-sia saja? Buku ini cocok untuk yang skeptis dengan cara pandang topik kebahagiaan dari angle yang sudah umum dibahas. Ada 3 poin yang dicatat: berada di salah satu kutub/polar itu berbahaya, positive thinking itu bukan satu-satunya cara, negative capability atau kemampuan untuk menjadi moderat. Review lebih lengkap dari Vinka bisa kalian lihat di sini.