Dilingkupi Orang yang Berhati Baik
Salah satu doa yang paling sering saya rapalkan untuk diri saya sendiri maupun untuk orang lain adalah 'semoga dilingkupi orang-orang yang berhati baik'. Menurut saya, orang-orang berhati baik ini adalah anugerah yang tidak bisa disepelekan. Hidup terasa jauh lebih indah, lebih ringan dan menyenangkan saat berjumpa dengan mereka. Tetapi, ada satu momen yang buat saya pribadi, mengingatkan betapa bersyukurnya saat bertemu orang-orang baik hati ini: perjalanan.
Saya menuliskan ini dalam perjalanan fieldwork di Kigali, Rwanda. Kurang lebih 7000 km dari Manchester, dimana saya menempuh studi. Total 17 jam perjalanan, dengan berbagai tantangan, saya dilimpahi berkah berupa orang-orang berhati baik yang tak segan membantu, memberi banyak hal, dan kebaikan-kebaikan lain yang sangat memudahkan perjalanan ini.
Di Rwanda, penganut agama islam tak lebih dari 2% dari total penduduk. Di Kigali, ibu kota Rwanda, masjid masih ada tersebar di penjuru kota, tetapi di area publik sendiri ruang untuk berdoa/prayer room bukanlah suatu kewajaran. Hal ini sudah saya antisipasi sebelumnya. Sejak sebelum keberangkatan, saya sudah mengkomunikasikan dengan universitas. Termasuk untuk puasa Ramadan. Sampai di agen travel lokal, hotel, semua mengusahakan agar saya dapat beribadah seperti biasa. Tentu, ruang-ruang tersebut 'tidak biasa'. Misal saja saya sholat Dhuhur di ruang staff restoran saat teman-teman lain makan siang. Atau pernah juga di gudang resto yang lain. Dengan segala keasingan dan permintaan saya, saya bersyukur karena kebaikan hati mereka saya masih bisa beribadah seperti biasa.
Di perjalanan ini, saya juga mengalami tantangan yang lain. Entah mengapa, batuk yang telah mereda pekan lalu kembali memburuk saat perjalanan. Mungkin karena energi yang tersedot, atau ada virus yang bertambah dan saya dapatkan dari perjalanan ini. Walhasil, di banyak kesempatan saya tak henti batuk dan bahkan muntah. Berada di negara yang asing, dengan budaya yang tidak saya akrabi, kebaikan hati hadir berkali-kali dan menjadi penghiburan. Ia berwujud direktur badan negara yang sangat peka dan meminta bawahannya untuk mematikan AC dan membuka jendela. Di kesempatan lain, ia berupa kawan sekamar yang sigap menawarkan bantuan dan kepedulian. Tak terhitung juga dosen pengajar, pendamping kelompok, penanggung jawab program, dsb. Banyak kemudahan yang terlahir karena kebaikan hati mereka.
Tentu kita berharap untuk bisa dipertemukan dengan orang-orang berhati baik ini, tetapi, adakah cara untuk dapat memperbesar kemungkinannya? Menurut saya, ada. Saya akan mengulang hal yang sama berulang kali, yaitu dengan menjadi orang berhati baik itu juga. Mencoba untuk menawarkan bantuan terlebih dahulu. Tidak serakah dan egois, terutama jika sudah mengetahui sesuatu yang merupakan hak orang lain. Nilai-nilai kebaikan mendasar yang banyak diajarkan dan umum diketahui, tetapi mungkin belum secara intentional kita terapkan sehari-hari. Selamat menjadi orang baik!