


Akhir-akhir ini, saya merasa banyak hal 'baru' terasa masuk akal. Everything seems fall into its places, perfectly and unexpectedly. Kalau teman-teman telah mengikuti Lagi Ngulik sejak hampir 5 tahun lalu, maka ketertarikan belajar dan hasil 'ulikan' saya berbeda-beda. Mulai dari Second Brain, journaling, well-beingness dan parenting. Belum lagi perjalanan karir yang zig-zag dari dunia pendidikan, manajemen restoran, guru rajut, penanggung jawab asrama mahasiswa, hingga sekarang di CSO. Ternyata, apa yang dipelajari dari yang beragam itu, suatu hari bisa jadi ramuan yang unik dan justru sangat dibutuhkan. Menjalani pola ini dengan sadar, akan sangat membantu.
Teacher appears when the pupils are ready.
Saat ini saya bekerja paruh waktu di CSO Ibu Cerdas Berdaya atau lebih biasa dikenal sebagai Buibu Baca Buku Book Club sebagai People, Knowledge and Fundraising Lead. Saya sudah menjadi volunteer di BBB Book Club sejak 2022, tetapi baru terlibat sebagai tim inti di 2024. Mulanya sederhana, saya berencana untuk ikut pelatihan tentang randomized control trial (salah satu metode untuk mengukur efektivitas intervensi) dan menawarkan untuk membagi apa yang saya pelajari di BBB. Tidak disangka, saya malah ditawari agar ditanggung biayanya dengan kemudian dilibatkan dalam penulisan laporan program untuk diberikan kepada donor. Saya belum menguasai betul, tetapi sudah "siap untuk belajar" dan malah mendapatkan kesempatan untuk langsung praktek.
Contoh lainnya adalah ketika 2011 daftar beasiswa Erasmus Mundus, syarat administrative terlewat tanggal. Hal kecil, tetapi krusial. Ketika mulai mendaftar beasiswa LPDP di tahun 2023, sudah punya sistem yang rapi, juga accountability buddy, sehingga tidak mengulang kesalahan yang sama. Sistem ini saya dapatkan bukan karena saya belajar "systemic thinking" di kelas tertentu, tetapi gabungan dari banyak pengalaman ketika menjadi guru rajut, mempelajari Second Brain, dll.Kedua contoh ini menunjukkan bahwa saya tidak dapat memprediksikan apa yang akan terjadi secara makro dalam hidup saya, dan itu tidak apa-apa.
Emergence
Kehidupan adalah sistem yang kompleks dan chaotic. Untuk itu, saya merasa bahwa konsep emergence cocok untuk dijadikan 'mindset' dalam menghadapinya. Apa itu emergence? Ia adalah sebuah sistem yang secara umum tidak bisa diprediksi berdasarkan hal yang kecil-kecil, yang menjadi komponennya. Salah satu contoh yang dipakai untuk menjelaskan konsep ini adalah adagium "Kepakan sayap kupu-kupu dapat menyebabkan badai". Ucapan ini terlahir dari Edward Lorenz, ahli matematika dan meteorologi di MIT di tahun 1950an yang berusaha membuat model untuk prakiraan cuaca. Ternyata, perbedaan yang tipis sekali dapat membuat prediksi yang sangat berbeda, hanya karena ia membulatkan angka yang ia masukkan ke dalam model yang ia buat. Perbedaan yang tipis itu membuatnya membandingkan perubahan tekanan udara yang dihasilkan dari sayap kupu-kupu dengan pembulatan angka yang ia lakukan.
Membuat prediksi perilaku dari sistem yang chaotic itu sulit dan bahkan nyaris tidak mungkin, karena sangat sulit untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh dan sempurna dari kondisi yang mendasarinya. Untuk itu, kita perlu memahami, we should expect to be surprised. Meski dalam hidup kita perlu punya tujuan dan juga melakukan perencanaan yang baik, beri ruang untuk kejutan-kejutan itu.