Pernahkah kita merasa kehilangan energi, konsentrasi yang menurun, dan kelelahan yang terus-menerus menghantui kita sepanjang hari? Apakah kita sering menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar gadget tanpa menyadari bahwa gaya hidup kita yang kurang aktif berdampak besar terhadap produktivitas dan kesadaran diri kita?
Berpindah dari Inggris ke Indonesia setahun yang lalu telah membawa perubahan gaya hidup yang signifikan dalam kehidupan saya. Di Indonesia, saya lebih banyak menghabiskan waktu dalam posisi duduk dan menjadi kurang aktif dibandingkan sebelumnya. Karenanya saya ingin mengulik lebih dalam kegiatan sedentari, akibatnya dan apa yang bisa dilakukan.
Kegiatan Sedentari
Saat menelusuri topik ini, saya menemukan tema kegiatan sedentari telah menjadi perhatian di dunia akademisi. Terbukti banyak jurnal telah membahas topik ini dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Ada yang berangkat dari ilmu olahraga, ilmu gizi, kesehatan masyarakat, psikologi (berkaitan dengan tingkat stress), dsb. Pemerintah pun sudah mulai menginformasikan via artikel bacaan, kampanye dari berbagai departemen dan instansi pemerintah.
Saat membaca penelitian-penelitian tersebut, saya merasa pendekatan yang dipakai masih tercerai-berai. Ada keterputusan antara usaha yang satu dengan yang lain, sehingga hasil yang ingin dicapai seolah sangat sulit untuk diraih. Contohnya mengaitkan antara gerak aktif dengan kegiatan sehari-hari. Manusia butuh transportasi sebagai sarana mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain. Sistem transportasi yang ada saat ini belum disesuaikan untuk mendukung masyarakat menjadi lebih aktif. Transportasi umum yang ramah bagi pejalan kaki dan pengendara sepeda misalnya, perlu diwujudkan untuk mendorong orang lebih banyak bergerak.
Peran pemerintah sangat krusial dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan fisik. Mereka dapat membangun fasilitas publik, seperti taman dan jalur pejalan kaki yang aman, serta memperkenalkan kegiatan aktif yang lebih terintegrasi di sekolah dan tempat kerja. Selain itu, bekerja sama dengan perusahaan dan industri untuk mengurangi paparan berlebihan terhadap teknologi dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya istirahat dan aktivitas fisik di tempat kerja. Namun, tidak hanya tugas pemerintah, budaya juga harus berperan dalam mengubah persepsi masyarakat tentang pentingnya aktivitas fisik. Ditambah dari sisi dukungan sosial dan edukasi, mengenai manfaat serta cara mencapai gaya hidup aktif perlu menjadi bagian dari budaya kita.
Kekuatan Personal
Topik ini seakan menjadi serendipity, tak berapa lama kebetulan saya mendapatkan tawaran untuk mengulas buku sekaligus nanti memandu sesi bincang-bincang dengan sang penulis, yang membahas gaya hidup sedentari dan hal-hal yang mengelilinginya. Buku bertajuk “Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan” ini ditulis oleh Amalia Yunus. Novela ini memenangi juara 2 Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2021. Dengan cakap ia menceritakan bagaimana tokoh utama yang memiliki berat badan 170 kilogram harus menghadapi konsekuensi-konsekuensi karena kondisi fisiknya. Gaya hidup sedentari turut menjadi katalis sehingga sang protagonis sampai di kondisi tersebut. Dengan eksplorasi perasaan dan situasi yang dijelaskan di sana, pembaca dapat mengetahui bahwa ada faktor eksternal dan sistemik yang membuat sedentary life ini menjadi sesuatu yang wajar, dan bahkan kita alami sendiri di kehidupan sehari-hari.
Di saat yang sama, membaca buku ini juga menyadarkan kekuatan personal yang dimiliki manusia. Bahwa setiap individu juga memiliki peran penting dalam mengubah gaya hidupnya sendiri. Membuat keputusan sadar untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di depan layar gadget, memanfaatkan waktu luang untuk beraktivitas fisik, dan mencari cara untuk memasukkan gerakan ke dalam rutinitas sehari-hari adalah langkah awal yang dapat kita lakukan. Menyadari konsekuensi dari gaya hidup kurang aktif dan memiliki niat yang kuat untuk mengubahnya adalah kunci untuk mencapai gaya hidup yang lebih sehat dan produktif.
Simpulan
Gaya hidup kurang aktif memiliki dampak besar pada produktivitas dan kesadaran diri kita. Melalui peran pemerintah, budaya, dan sistem yang mendukung, serta upaya individu untuk mengubah kebiasaan buruk, kita dapat mengatasi tantangan ini secara efektif. Maka, mari kita bersama-sama mengambil langkah kecil namun signifikan menuju gaya hidup yang lebih seimbang dan aktif. Dengan begitu, kita dapat meraih tingkat produktivitas yang lebih tinggi dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.