Hamil lagi setelah satu dekade
Saat ini saya sedang menjalani trimester akhir kehamilan. Meski sudah pernah hamil 4 kali, tetapi dengan riwayat keguguran 2 kali, maka praktis sekarang ini adalah kehamilan kedua yang mencapai trimester akhir. Dipisahkan dengan rentang waktu 10 tahun, saya mengalami sangat banyak hal berbeda. Mulai dari pengalaman dengan tenaga medis, ngoprek barang-barang untuk bayi yang semakin canggih, juga pengalaman mental yang lebih terbuka. Seperti apa?
Hamil di UK vs di Indonesia
Saat bertemu kawan, ada pertanyaan yang menarik: "Vin, gimana rasanya hamil umur 30an? Apa bener emang berat?". Alih-alih mendeskripsikan 'rasanya', saya fokus pada kata 'berat'. Di bulan Juli - Agustus 2024 saat saya hamil di UK, tidak pernah ada yang menggaris-bawahi 'beratnya' hamil di usia 30an, karena secara umum umur bukanlah masalah berarti. Banyak yang hamil di usia 40an dan bahkan 50 tahun di sana. Yang disinggung bukanlah umur, tetapi resiko secara spesifik dari orang per orang. Misal saja, karena saya sudah pernah mengalami keguguran 2 kali, maka untuk perencanaan kehamilan berikutnya saya akan dibantu dan dimonitor oleh NHS (The National Health Service, semacam Kementerian Kesehatan dan BPJS di Indonesia) secara berkala.
Perlakuan yang sangat berbeda saya temui saat hamil sekarang di Indonesia, sampai saya berganti-ganti tenaga kesehatan beberapa kali, karena kurang nyaman mendengar nasehatnya yang sejak awal menekankan: "Sabar ya bu, memang hamil di usia 30an itu berat, lebih sulit, dsb". Menurut saya, kalimat ini tidak perlu diucapkan kepada pasien. Selain menciutkan nyali, ia tidak solutif. Jika memang setelah diperiksa saya memiliki beberapa kondisi yang perlu diperbaiki, ditingkatkan atau diobati, mengapa tidak fokus ke sana saja? Padahal saat diperiksa, tidak ada indikasi yang mengkhawatirkan atau perlu diberi perhatian khusus. Justru memberi beban yang tidak perlu untuk ibu hamil, yang perubahan hormonnya saja sudah dapat mengakibatkan mood-swing dan stress. Beruntung, setelah beberapa kali berganti tenaga medis, saya mendapatkan obgyn dan bidan yang lebih objektif, fokus pada solusi dan tidak memberikan advis bernada judgemental.
Teknologi yang semakin canggih dan mindset yang berbeda
Selain dari sisi medis, saya tentu butuh untuk menyiapkan kebutuhan bayi. Sepuluh tahun berlalu, yang berubah tentang per-bayi-an ternyata banyak sekali. Alat-alat yang mendukung tumbuh kembang bayi semakin beragam, fungsional dan canggih. Box bayi yang ramah co-sleeping, bouncer untuk membuat bayi nyaman, bentuk breast pump yang lebih responsif untuk ibu, sampai bak mandi yang collapsible sehingga tidak menyita tempat. Saya dan suami terkagum-kagum dengan apa yang bisa berubah dalam 10 tahun.


Dalam memonitor pertumbuhan janin dalam kandungan, kami pun merasa lebih takjub. Sepuluh tahun lalu, USG 4D masih sangat mahal dan jarang, sehingga kami hanya melakukannya sekali di trimester akhir. Sedangkan sekarang, di fasilitas kesehatan tingkat pertama pun sudah tersedia dengan harga yang terjangkau. Memonitor pertumbuhan berat janin pun sudah menjadi bagian pemeriksaan rutin, sedangkan dulu tidak.
Hal ini juga mengingatkan kami agar dapat menjadi orang tua yang 'tepat untuk jaman anak kami'. Untuk mau mendengar dan belajar lagi untuk hal yang sama, karena bisa jadi konteks yang berbeda akan membutuhkan pertimbangan yang lain juga.