Apa yang ada di benakmu ketika kamu ditanya tentang umur 30an? Saat saya berumur 20an awal, maka umur 30an seakan sudah ‘tua’ sekali. Seakan-akan di umur 30an maka seseorang sudah ‘seharusnya’ mapan, paham akan bagaimana jalannya kehidupan, sudah ‘lulus’ dan tidak lagi ragu pada ini itu. Ketika betul-betul menjalaninya, hanya satu di antara semua asumsi di atas: saya tidak lagi ragu, bahwa tidak ada yang ‘seharusnya’ dimiliki dan dicapai seseorang di usia tertentu.
Banyak asumsi yang dimiliki manusia, sebenarnya tidak perlu dan tidak penting. Yang celaka adalah saat asumsi itu ‘seolah-olah’ disepakati oleh semua orang dan menjadi kewajiban. Padahal, yah belum tentu juga harus seperti itu. Asumsi hanya bisa diperjelas dengan mengetahui fakta, lalu menetapkan sikap apa yang sesuai dengan nilai yang kita pegang dalam hidup. Jika telah paham fakta yang ada dan menimbang nilai yang kamu anut lalu memutuskan hal yang tidak ‘umum’ di dalam masyarakat, selama tidak melanggar hak orang lain, menurut saya itu sah-sah saja.
Pertanyaan yang saya dapatkan terkait umur dan studi adalah, kok bisa sih Vin masih semangat untuk sekolah lagi di umur 30an gini? Kalau aku sih… Saya bisa menjawab dengan banyak alasan dan sudut pandang, tetapi pertanyaan seperti ini lebih banyak bercerita tentang si penanya itu sendiri. Barangkali tentang asumsi yang ia miliki: umur 30 ‘seharusnya’ melakukan ini dan itu, bukan sekolah lagi. Atau tentang kepercayaan yang ia anut: umur 30 ‘sebaiknya’ memilih begini dan begitu. Kita boleh memiliki standar tertentu yang ingin dicapai atau dipenuhi, tetapi kita tidak perlu menganggap standar tersebut berlaku untuk orang lain juga.
Hidup itu jalannya bisa berubah arah sangat jauh dari yang kita bayangkan. Mungkin kalimat ini terdengar klise. Tetapi, lima tahun yang lalu, jika kalian bilang ke saya bakal lanjut studi di development studies di Inggris, paling saya ketawa saja. Karena di tahun 2019 fokus saya ada di knitting dan crocheting. Saya senang sekali ketika melihat kutipan berikut, sesuai dengan apa yang saya pahami sekarang. Bahwa kita tak perlu kecil hati ketika memberikan diri sendiri kesempatan untuk ‘hidup’ dan memilih dengan sadar apa yang ingin didalami, menjalaninya dengan semangat dan hati gembira. Karena saya percaya, dengan begitu saya akan memanfaatkan waktu yang saya miliki sebaik-baiknya, menghargai waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan dalam hidup ini.