Listening is a magnetic and strange thing, a creative force – the friends that listen to us are the ones we move towards and want to sit in their radius as though it did us good.” (Clark Moustakas)
Apabila ada skill yang dianggap remeh meski krusial dalam kehidupan sehari-hari, barangkali mendengarkan atau listening dapat menduduki ranking pertama. Kita seringkali merasa bahwa mendengarkan merupakan hal yang biasa-biasa saja. Padahal sekedar mendengar dengan mendengarkan itu berbeda loh.
Listening yang seperti apa sih yang sebenarnya baik?
Active and empathic listening
An interpretation of what was heard, followed by evaluation, or weighing the information, comparing it with existing knowledge and deciding what to do with it, then planning your reply and respond (Parsloe, 1995).
Listening that can foster change
Attending Behavior yang berhubungan dengan encouraging
Eye contact (melihat langsung/tidak langsung)
Body language (condong ke yang didengarkan)
Vocal tone (kecepatan tutur yang sedang, menunjukkan ketertarikan yang secukupnya)
Physical space (jarak kedua pihak sekitar “satu tangan”)
Time (tepat waktu, ada kejelasan kegiatan dalam satu satuan waktu tertentu)
Sikap SOLER
Belajar dari praktik konseling offline, ketika bertemu klien agar lebih kelihatan maka: face the person Squarely (sudut 90 derajat), adopt an Open posture, Lean a bit towards the other, keep good Eye contact & Relaxed in this position.
Basic Listening Sequence
Intinya yang kita lakukan tujuannya adalah encourage teman untuk tidak merasa sendirian
Open and closed question
Kita bisa menggunakan pertanyaan yang tepat dan terbuka untuk mendorong teman bercerita lebih banyak. Jika terlalu banyak pertanyaan, hati-hati, karena bisa seperti interogasi. HINDARI menggunakan kata “kenapa?” atau “mengapa?” lebih baik menggunakan “apa yang menyebabkan..?”
Contoh pertanyaan terbuka: Bagaimana perasaan kamu ketika situasi itu terjadi?; Boleh ceritain lagi ga apa yang kamu maksud tadi? Aku kurang jelas.
Paraphrasing
Dengan paraphrasing dapat menunjukkan bahwa kita memahami isi cerita dari teman yang didengar. Caranya adalah dengan mengulang informasi yang kita dengar dengan kata-kata sendiri (bukan membeo). Hal ini juga memungkinkan kita mengkonfirmasi pemahaman kita terhadap yang kita dengarkan. Contoh: “Jadi sepertinya kamu sedih karena belum berhasil mengerjakan semua to do list kamu meskipun sudah mencoba sekuat tenaga ya?”
Reflection of feeling and content
Ketika mendengar kita melakukan refleksi perasaan & isi cerita teman dengan memperhatikan perasaannya. Tujuannya agar teman merasa bahwa emosinya dipahami oleh kita. Formula yang bisa digunakan adalah “kamu merasa … karena ….”. Contoh: “Keliatannya kamu merasa sedih karena tiba-tiba nenek pergi begitu cepat ya?”
Summarization
Ketika mengakhiri percakapan, kita bisa merangkum dari seluruh cerita teman yang kita tangkap. Contoh: “Dari semua cerita kamu tadi, tampaknya kamu terbebani dengan tanggung jawab kamu sebagai anak kedua ya, karena kakak sudah menikah dan di rumah masih ada dua adikmu”
Tanpa disadari ketika mendengarkan orang lain, ada beberapa hambatan yang kita hadapi, yaitu
Comparing : membuat perbandingan dengan diri sendiri, pikiran kita lebih fokus dengan siapa yang lebih hebat atau kompeten, siapa yang keadaannya lebih parah. Pikiran kita berkutat pada “sepertinya dulu saya bisa lebih baik dari dia” atau sebaliknya.
Mind reading : membuat asumsi berdasarkan pikiran sendiri. Pikiran kita “ dia bilang tadi makan es krim, pasti maksudnya untuk adiknya” -> padahal belum ada cerita tentang adik
Rehearsing/mengarang cerita : perhatian kita terpusat pada apa yang ingin kita berikan sebagai komentar. Pikiran kita “saya akan menjawab begini, lalu dia akan menjawab itu, saya akan jelasin lagi”.
Filtering : menyeleksi apa yang ingin kita dengar selanjutnya pikiran kita mengembara. Filtering bisa terjadi karena menghindari mendengar hal-hal tertentu misalnya yang sifatnya mengancam, negatif, kritikal atau tidak menyenangkan
Judging : memberikan penilaian atau evaluasi kepada cerita teman sebelum ceritanya selesai diceritakan
Dreaming : hanya mendengarkan sebagian kecil dari cerita dan kemudian mengembara. Biasanya hal ini terjadi ketika kita bosan atau cemas
Identifying : merujuk apa yang diceritakan orang lain kepada pengalaman sendiri. Dia cerita tentang sakit mata, kita cerita tentang operasi mata
Advising : kita sibuk mencari saran dan nasihat yang cocok dan meyakinkan orang tersebut untuk coba saja. Kadang, tidak diberi saran lebih baik daripada tidak didengarkan
Sparring/put-down : menggunakan pernyataan sarkastis untuk meniadakan sudut padang orang lain. “Harusnya kamu cukup cerdik untuk membaca situasi tersebut”.
Being right : kita yakin bahwa kita selalu benar sehingga tidak mau mengakui ada kesalahan yang kita lakukan ketika mendengarkan.
Derailing/keluar rel : kita membelokkan alur pembicaraan ketika kita bosan atau tidak nyaman dengan suatu topik. Bisanya dibelokkan menjadi lucu sehingga kita berhasil menghindari ketidaknyamanan mendengarkan topik tertentu.
Placating / membuat senang : kita ingin menjadi orang yang baik, menyenangkan dan suportif sehingga menyetujui segala sesuatu yang diceritakan tanpa benar-benar memperhatikan. Kita cukup tahu gambaran pembicaraannya namun tidak benar-benar melibatkan diri dengan apa yang dikatakan.
Dengan memperhatikan sikap, bentuk pertanyaan, urutan (sequence) dan hambatan yang kita alami saat mendengar, diharapkan kita bisa menerapkan active listening. You don’t need to feel overwhelmed to read this. Coba mulai dengan mempraktekkan satu hal terlebih dahulu, misal dengan memperhatikan sikap kita. Setelah lancar & mahir di sikap, baru coba yang lain. Active listening adalah skill yang bisa diasah dengan praktek berulang kali, jadi bukan sesuatu yang instan.
Jika masih ada pertanyaan, boleh banget reach out & bertanya via IG di @grcgracia juga @vinkamaharani. Oh iya, subscribe Lagi Ngulik untuk belajar dari pengalaman teman lainnya!