Beberapa bulan belakangan topik mindfulness lagi ramai diperbincangkan. Salah satu yang jadi catalyst-nya adalah COVID-19. Kalau ngomongin mindfulness, dari kacamata awam gw selalu mengasosiasikannya dengan meditasi. Selama ini gw terus mencoba untuk meditasi, tapi gak pernah benar-benar bisa melakukannya.
Bulan ini, gw bersama dua orang teman, Yeoda dan Kezia mencoba buat accountability group bertiga untuk meditasi bersama selama 1 jam dalam kurun waktu 30 hari. gw mencoba ini karena gw penasaran dengan meditasi gimana. Kita bertiga pakai referensi dari Naval Ravikant untuk meditasi. Tahun lalu, Naval Ravikant sempat mengadakan meditation challenge dan gw rasa ia cukup sering ngomongin mental health, so why not untuk mencoba referensinya?
Apakah gw berhasil meditasi selama 1 jam? Tentu saja tidak. gw masih belum bisa fokus tanpa memikirkan pekerjaan yang gw tinggal, walaupun hanya untuk sejam. Selain itu juga masih berasa FOMO, apalagi kalau notif HP lagi jalan terus.
Cuma, gw mendapat pelajaran lainnya dengan mencoba meditasi. gw tidak mencoba untuk mengalihkan pikiran-pikiran yang ada sehingga gw gak fokus, tapi gw mencoba embrace the voices in my head. gw gak tau apakah ini merupakan cara meditasi yang benar, tapi gw mengibaratkan apa yang gw lakukan ini sebagai…
Town Hall Meeting of Myself
Jadi, gw membayangkan lagi berada di sebuah pertemuan di suatu desa, entah gw membayangkannya desa seperti di game Harvest Moon atau Animal Crossing, gw yang berada di posisi sadar akan menjadi pemimpinnya atau mayor dari kota dimana diri-diri gw yang lain menyampaikan aspirasi, ide, dan masalah yang ada.
Akan ada diri gw yang lagi bergumul dengan permasalahan cinta menyampaikan concern-nya, ada diri gw yang lagi banyak ide menyampaikan isi kepala satu per satu hingga kelar dan sudah tidak ada lagi yang disampaikan.
Sementara diri gw yang sadar, tidak akan denial dengan apa yang dirasakan dan juga tidak meng"iya"kan ide yang masuk. Cukup ge terima dan rasakan saja. Memang itu yang lagi gw rasakan. Masalah gak di-deny, ide-ide pun dibiarkan, gak gw buka mata dan catet, biarkan aja dulu, mencoba untuk meresapi segala sesuatu dulu.
Namun, ada hal lain yang jadi masalah, yaitu disiplin gimana cara melakukan ini agar bisa tiap hari berturut-turut selama sebulan. Sepertinya gw memang perlu menyediakan waktu yang sama setiap harinya untuk Town Hall Meeting ini. Kalau memang ada pekerjaan pada saat itu, James Clear menyarankan untuk:
Reduce the scope, but stick to the schedule. - James Clear
Contohnya kita membuat schedule meditasi pukul 09.00-10.00, tapi hari itu pukul 09.30 ada meeting dadakan. Tetap meditasi pada pukul 09.00, stick pada 09.00 tapi mungkin jadi hanya 20-30 menit saja. Ini yang gw pribadi masih ngulik, semoga di Lagi Ngulik berikutnya gw bisa share lebih tentang ini.
Anyway, setelah meditasi ini, gw baru menyadari, karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, bersosialisasi, terlalu banyak ngulik sana-sini, gw lupa untuk ngobrol sama diri sendiri. Ternyata selain mengulik keluar kita juga butuh loh mengulik kedalam, ke diri kita sendiri.
Yuk, mari kita ngulik kembali kedalam diri kita, jadi...
goodbye 😚👆and good night 👉💥