Dalam hidup, banyak kali kita berhadapan dengan situasi yang gawat, masalah yang pelik atau krisis yang berkepanjangan. Setelah membaca buku Winners karya Alastair Campbell, saya tertarik untuk melihat lebih dalam tentang krisis. Di dalam buku ini, penulis menganalisa bagaimana para jawara di 3 area yaitu politik, bisnis dan olahraga. Alastair berargumen bahwa kita perlu belajar tentang komunikasi dan manajemen krisis dari ‘pemenang’ di bidang politik, karena keduanya adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari politik.
Apa itu krisis? Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, berikut adalah arti dari krisis
Kita dapat lihat bahwa krisis memiliki arti dan rujukan spesifik untuk masing-masing subjek, tetapi secara umum dapat kita artikan sebagai keadaan yang berbahaya, suram dan berlangsung kemelut. Untuk menghadapi krisis, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:
Not all problem is a crisis
Alastair Campbell menekankan pentingnya untuk mengidentifikasi apa yang kita hadapi, apakah betul ia sebuah krisis? Ada beberapa karakter tertentu yang menjadi ciri khas sebuah krisis. Tidak seperti beberapa hal menantang lainnya, meski pemantik krisis terjadi dalam waktu singkat, ia memiliki potensi untuk looming, memiliki efek yang berkepanjangan dan cenderung masif. Sedangkan masalah (problem) bisa diselesaikan dalam jangka yang relatif pendek juga keputusan yang diambil punya efek yang bisa dilokalisir (dalam area tertentu saja). Secara spesifik juga, krisis dalam politik membuat pemerintahan nampak kehilangan kontrol/kuasa dan tidak memiliki jawaban atas permasalahan yang ada.
Dalam contoh yang disebutkan Alastair di buku Winners adalah krisis penyakit mulut dan kuku pada ternak di Inggris saat pemerintahan Tony Blair di tahun 2001. Penyakit yang juga baru-baru saja menerjang hewan ternak di Indonesia ini, pernah melanda Inggris dengan kerugian mencapai 8 juta poundsterling. Sedikitnya 6 juta ternak harus disembelih dan dimusnahkan untuk dapat menghentikan persebaran wabah penyakit ini. Yang tidak disangka adalah efek yang berimbas pada sektor pariwisata, penerbangan dan keamanan negara.
Focus on what matters
Saat menghadapi krisis, perlu kejelasan apa tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan format framework OST yang diperkenalkan Alastair Campbell: Objectives, Strategy & Tactics. Secara khusus untuk krisis, ada pola yang serupa meski bentuk krisisnya berbeda
Objective: mengakhiri krisis (jika bisa kembali dengan lebih kuat - bounce back - adalah bonus)
Strategy: tergantung krisisnya apa
Taktik: tergantung strategi yang digunakan
Melanjutkan contoh penyakit mulut dan kuku tahun 2001 di Inggris, terdapat kericuhan & kebingungan di fase awal, karena kementrian terkait menganggap wabah ini dapat tertangani tetapi kemudian meluas jauh dari yang diperkirakan. Pemerintah pusat, utamanya Tony Blair sebagai perdana menteri jadi nampak lamban dan emosi publik pun meningkat ke arah yang negatif. Baru setelah permasalahan diambil alih di bawah kepemimpinan PM Tony Blair, lalu kemudian menentukan objective-nya yaitu
‘We will do what it takes to knock out the disease, then rebuild the countryside’.
Barangkali hal ini ‘obvious’ atau sederhana saja sebagai tujuan penyelesaian krisis. Tetapi terkadang hal yang obvious bisa luput atau kabur dengan banyaknya perkembangan isu, pendapat dan opini banyak pihak yang terlibat. Setelah memiliki objective yang jelas, seluruh komponen pemerintahan dapat memahami tujuan bersama dan mengarahkan strategi & taktik ke arah yang sama.
Sometimes what matter is surviving
Di kasus yang sama, saat pemerintah pusat Inggris mulai menangani dan proses berjalan, ada faktor lain yang tidak diduga menambah beban penanggulangan krisis. Di Inggris, peternakan dan daerah pedesaan luas beririsan dengan pariwisata. Jalur trail untuk berjalan melintasi dale atau lembah yang berada di taman nasional, misalnya, melewati banyak peternakan kecil di dalam atau di sekitarnya. Mau tak mau, peternakan ini tidak lagi membuka akses untuk para pengunjung karena penyakit mulut dan kuku. Ketika peternakan tutup, banyak tour yang dibatalkan, hal ini mempengaruhi tiket dan penerbangan baik lokal dan internasional. Belum lagi saat itu Inggris masih tergabung dengan Uni Eropa, sehingga isu merembet hingga keamanan negara. Tidak hanya untuk Inggris sendiri, tetapi juga untuk negara di Eropa yang menerima hasil ternak dari Inggris.
Setelah berfokus pada penghentian krisis, banyak sekali kebijakan yang diambil saat itu adalah berdasarkan asas survival. Agar tidak terjadi persebaran lebih luas, terdapat pelarangan livestock movement, ban truk yang harus disanitasi, sampai penundaan pemilu di tingkat lokal agar petani tidak banyak berkumpul dan meningkatkan resiko penyebaran penyakit. Keadaan seperti ini tentu tidak mudah diterima, ekspektasi ditaruh di titik yang rendah, yang penting survive dan selamat.
Jika kita refleksikan ulang, prinsip-prinsip ini tidak hanya berlaku di bidang politik atau di tingkat negara. Secara personal, kita tentu pernah menjalani krisis. Mengidentifikasi dengan tepat, mengetahui apa yang perlu kita jadikan fokus, serta menetapkan survive sebagai ekspektasi yang perlu dilampaui dulu dapat membantu kita melewati krisis dengan selamat.