Setelah kemarin gw review tahun 2021, ternyata gw nemuin banyak hal yang menarik, dan yang paling menarik perhatian gw adalah di bagian Friends atau biar lebih kerennya: Network. Sepanjang tahun 2021 gw menemukan banyak orang-orang baru yang ngebantu gw banget, mulai dari kerjaan sampai bantu untuk menjalani hidup.
Apa yang jadi sumber penghasilan gw saat ini berkat network, melalui rekomendasi atau invitation dari temen-temen, ga ada yang gw apply dari platform pencari kerjaan, bahkan bukan hanya satu. Gara-gara networking juga, Lagi Ngulik pun hadir.
Loh kok bisa? gw pun sebenernya ga tau, sepertinya semua terjadi secara organik. Hal yang gw inget adalah gw terus berkarya aja, lakuin apa yang orang lain ga lakukan, membuat karya-karya sampai orang-orang notice, itu yang gw lakukan. Di komunitas terakhir, Negeri Pembelajar, gw sering share beberapa graphic biar komunitas lebih seru, misal membuat poster event komunitas atau bikin video-video biar komunitas lebih hidup. Juga ikut partisipasi rutin dalam channel menulis, dari situ pun jadi bibit yang ditanam sehingga Lagi Ngulik bisa lahir.
Di kerjaan pun gw juga selalu pengen semuanya berkembang dan terus menerus memberikan ide-ide baru, at least hanya untuk dikeluarkan aja dan ga dipakai juga ga masalah. Yang keliatan sekarang adalah dengan gw juga ikut menampilkan wajah gw untuk sharing di Growth Space seperti ini.
Hal ini terasa divalidasi ketika teman gw, Klaudia, yang gw kerja bareng di Food Sustainesia memberikan kartu ucapan yang bertuliskan, Thanks for going xtra miles! Ini membuat gw berpikir apakah ini yang orang lain rasakan ya? Apa ini yang membuat gw bisa mendapat kerjaan dari network ya?
Karena gw penasaran apa sih dengan konsep network ini, gw nyoba ngubek-ngubek buku yang gw inget pernah bahas network ini, yaitu You Do You karya Fellexandro Ruby. Pada bab 4.5, ditulis bahwa Influence adalah salah satu New Net Worth. New Net Worth yang dimaksud oleh Ko Ruby di sini adalah beberapa hal yang menjadi pilar untuk mendapatkan penghasilan atau uang (net worth).
Kembali lagi ke influence, dalam membangun influence ditulis bahwa ada 3 kunci untuk membangunnya, yaitu karya, personal branding, dan networking. Gotcha! I found it! Kata networking muncul disini, lalu gw coba ulik lebih dalam di halaman berikutnya, halaman 166.
gw nemu 10 prinsip Ko Ruby dalam networking, ada beberapa yang gw highlight, pertama make genuine connection, kedua adalah bangun jaringan sebelum kita butuh, dan pada poin ketiga ini yang menarik, yaitu Give, Give, Give, Receive. Ngomongin kata “give” atau “giver” gw keinget konsep yang serupa dan ditawarkan oleh Adam Grant dari bukunya yang berjudul Give and Take.
gw pun coba ngulik lebih dalam soal Give and Take ini, ada beberapa buku dan artikel yang bisa dijadikan referensi, antara lain gw baca: Barking Up The Wrong Tree dari Eric Barker, lalu artikel bisa baca dari Adam Grant punya langsung, ada 2, ini dan ini.
Dan sebenernya Give and Take ini juga udah pernah dibahas oleh Kak Vinka di Lagi Ngulik, gw attach ya linknya kalau yang mau baca lebih (dan lebih baik baca artikel ini dulu sebelum lanjut).
Sedikit merangkum artikel tersebut, jadi ada 3 perilaku dalam membangun network, apakah kita sebagai giver, matcher, atau taker.
Giver, tentu cenderung memberi value, suka membantu. Berusaha mencari cara untuk berkontribusi tanpa mengkhawatirkan imbal balik. Taker, akan melakukan sesuatu jika hal tersebut lebih menguntungkannya. Taker memandang dunia sebagai tempat yang kejam, persaingan sikut kanan & kiri itu sah-sah saja. Matcher, tit for tat, transaksional, aku akan begini jika kamu begitu. Matcher melihat keadilan adalah eye for an eye.
Ternyata, “Give Give Give Receive” yang di-mention oleh Ko Ruby memang ada kesamaan dengan apa yang dicetuskan oleh Adam Grant ini, terutama di bagian giver, berkontribusi tanpa mengkhawatirkan imbal balik. Karena itu, gw coba memperdalam lagi soal “give” ini dan giver ini ada 2 jenis, yaitu Selfless Giver dan Otherish Giver. Kalau dari grafik, tingkat kesuksesan Otherish Giver berada di urutan teratas sementara selfless giver berada di urutan terakhir, takers dan matchers di tengah-tengah.
Lalu mengapa Otherish Giver bisa sukses? Akhirnya gw kembali berdiskusi dengan Kak Vinka tentang hal ini. Nah, yang Otherish Giver ini adalah orang yang tahu seberapa kapasitasnya untuk memberi dan tahu kapan harus meminta pertolongan dari orang lain.
Bagaimana kita tahu kapan kita masih bisa memberi? Ternyata ada rumusnya. Yaitu kita memberi sebanyak dua banding tiga dan satu banding tiganya adalah untuk matching, tit for tat. Kalo disederhanakan menjadi Give : Give : Match.
gw rasa rumus ini lebih cocok bagi gw pribadi untuk menjaga network. gw tetep bisa memberi yang menjadi salah satu kegemaran gw, sudah terbukti pula gw bisa berpenghasilan karena memberi, tapi di sisi lain pun ini bisa menjaga gw agar tidak burnout dan tahu kapasitas diri gw sendiri. Menjadi taker yang sikut kanan-kiri itu ga begitu sesuai dengan value gw, jadi alternatif matcher yang tit for tat bisa jadi opsi yang oke buat gw.
Misalnya di ranah pekerjaan, gw bisa tetep memberikan nilai lebih untuk perusahaan, tetapi jika gw memberikan apa yang sesuai dengan jobdesc gw juga gak apa-apa, sudah cukup. Sementara kalau di dalam komunitas non-profit gw jadi tahu kapan gw harus berhenti memberi dan kasih kesempatan orang lain untuk memberi juga untuk gw dan members komunitas lainnya.
Bisa gw simpulin dari pengalaman gw, yup bener, network is my net worth dan untuk maintain the network, gw gunain perbandingan Give : Give : Match untuk menjaga diri gw dan orang lain.
Saatnya kembali membangun network,
goodbye 😚👆and good night 👉💥