Beberapa minggu belakangan, ada satu pertanyaan yang sering muncul dari teman-teman dalam berkonten, yaitu membuat konten plan. Pertanyaannya muncul setelah gw beberapa kali nge-post Instagram Story seperti ini:
Pertanyaan mulai dari aplikasi apa yang dipakai, mengapa buat content plan, dan gimana cara biar konsisten bikin konten. Hari ini gw mau mencoba menjawab mengapa gw buat content plan tersebut.
Sejak Juni tahun lalu, gw mulai rutin berkonten di Instagram dengan format carousel post dan post setiap 2 hari sekali. Mau dalam kondisi apapun, gw pasti akan nge-post setiap dua hari. Kenapa dua hari sekali? Karena gw merasa saat itu gw sanggup produksi 3-4 konten setiap minggunya.
gw selalu mengacu kepada sebuah stasiun TV, dalam kondisi apapun mereka akan selalu tayang kan, apakah gara-gara satu news anchor ga bisa hadir, TV ga akan menayangkan berita? Ga gitu kan. Sinetron pun juga, gara-gara satu aktor lagi sakit, tetap ada tayangan kan. Makanya sempat ada kejadian kejar tayang yang ga sempet diedit dan masih green screen.
Anyway, problem lainnya adalah tahun lalu gw masih kerja full-time, jadi otomatis bikin konten bukan jadi prioritas utama. Akan tetapi, gw masih tetap mau post konten, akhirnya gw perlu sesuatu yang bisa ngebantu gw untuk mengatur jadwal konten gw, yaitu Content Planner.
Awalnya, gw cuma buat sederhana seperti ini aja, yang penting gw tahu apa yang akan di-posting. Ketika sudah naik, maka akan gw highlight. Tabel ini gw bikin di Notion.
Fast forward, ketika gw udah ga kerja full-time lagi, gw merasa bisa membuat konten yang lebih banyak lagi dan format yang berbeda. Makanya gw menambah di konten format Reels dan upload setiap hari. Makanya, gw perlu update content planner-nya jadi lebih kompleks seperti ini.
Selama sebulan terakhir, gw merasa terlalu banyak elemen di table tersebut, karena memang gw sadar di awal gw terlalu banyak nyoba fitur, dan ternyata malah bikin bingung. Maka dari itu gw update ke versi ketiga yang sampai saat ini gw pakai yang seperti ini.
Setelah bereksperimen, gw sadar, ternyata satu tujuan mengapa gw bikin content plan adalah untuk Automate. Mengotomisasi pekerjaan-pekerjaan gw, walaupun ga fully-automated, tapi ini mengurangi hal-hal yang gw perlu mikir setiap hari. Jadi sehari-hari gw tinggal fokus sama hal lain yang tidak bisa di-automate. Untuk saat ini, gw masih perlu mantau lagu yang lagi trend untuk posting yang cepet banget jalannya, jadi ga bisa planned in advance.
Nah, pertanyaan berikutnya menjadi, mengapa perlu diotomatisasi? Ada 3 hal yang bisa gw bagikan saat ini:
Tracking
Mungkin paling jelas ya, gw jadi bisa tracking, mana yang gw udah kerjakan dan mana yang belum gw kerjakan. Mana yang masih belum ada kontennya dan bisa gw mix and match atau ada yang ke-dobel ga kontennya. Jadi sepertinya otomatis ada yang mengingatkan gitu.
Efisiensi
Ini alasan kedua, karena gw ada kegiatan lain, ketika bisa otomatisasi maka akan efisien di waktu, uang, dan tenaga. Misalnya, gw jadi bisa nulis konten di hari yang sama karena udah tahu apa yang akan gw post seminggu atau sebulan kedepan. Selanjutnya, bisa shooting video Reels untuk beberapa konten, lalu editing di hari yang berbeda. Dengan gitu, waktu dan tenaganya bisa disimpan lebih banyak.
Konsisten
Terakhir, ini mungkin yang sering ditanya, termasuk ketika bikin Lagi Ngulik, “kok bisa konsisten sih?” Nah, sebenernya konsisten jangan dijadiin tujuan, tapi konsisten itu terjadi karena kita rutin melakukan hal tersebut terus menerus.
Bukan karena konsisten jadinya bisa ngonten, tapi karena ngonten terus jadinya konsisten gitu.
Jadi itu alasannya mengapa gw bikin content plan. Lalu, pertanyaan berikutnya adalah, gimana cara gw bikinnya? Nah, pertanyaan seperti itu, tutorial dan step-by-stepnya, bakalan gw bahas di #NgulikBareng: How to Make Content Plan, Jumat, 18 Agustus 2023.