“Aku gendut”
Dua kata yang sering saya ucapkan paling tidak setahun terakhir. Tinggi badan saya satu setengah meter lebih sedikit, 153 cm. Saya punya sepasang lengan yang berisi (lemak), turun temurun dari almarhumah nenek dari pihak mama. Sejak kecil hingga kuliah, bobot saya selalu di bawah 50 kg. Ukuran baju saya small, bahkan jika saya belanja baju dari jenama asing saya masih bisa pakai ukuran anak-anak. Saat itu saya selalu punya cekungan di tulang selangka.
Bobot, ukuran baju, dan bentuk badan saya berubah sejak saya melakukan operasi struma di tahun 2017. Tubuh saya lebih berisi, banyak pakaian yang tidak lagi muat saya kenakan, dan tentunya jarum timbangan arahnya lebih ke kanan. Sebenarnya tidak buruk, karena ternyata benjolan di leher saya itulah penyebab saya tidak bisa gemuk. Saya kurus karena sakit, bukan karena hebat bisa menjaga diri agar tetap langsing. Tubuh saya menjadi berisi pasca operasi karena nutrisi yang saya makan bisa diserap tubuh dengan baik.
Bobot saya menjadi tidak terkontrol sejak tahun 2020. Saya makan apapun yang saya mau, saya jarang bergerak, saya merasa mudah lelah. Bercermin adalah kegiatan yang horor, melihat pantulan diri yang terang-terangan menunjukkan hasil dari pola hidup yang tidak sehat. Natal 2022 lalu adalah momen saya sadar saya harus diet, karena di foto keluarga paha dan lemak perut saya menyembul dari baju yang saya kenakan. Saya terlihat seperti ibu-ibu yang sudah punya anak (menurut saya sendiri), dan saya tidak suka.
Selain gemuk, saya juga beruban dan punya keriput. Itu semua tanda-tanda saya menua. Saat saya berusaha mencerna bahwa menjadi tua itu normal, saya bertemu sebuah buku berjudul The Telomere Effect tulisan duo pemenang Nobel Prize: Elizabeth Blackburn, PhD dan Elissa Epel, PhD. Apa yang membuat saya tertarik? Karena di kover buku tersebut tertulis: Revolutionary Approach to Living Younger, Healthier, Longer. Cocok dengan keresahan saya. Saya mau hidup lebih muda, lebih sehat, dan umur lebih panjang (jika Tuhan ijinkan).
Ulasan lengkap buku ini (mudah-mudahan) akan saya tulis di Lagi Ngulik edisi selanjutnya. Edisi ini saya akan fokus pada kalimat-kalimat dalam buku ini yang menyemangati saya untuk menjadi lebih sehat. Kalau kamu juga takut menjadi gemuk dan tua, kamu pasti tergelitik membaca tulisan ini:
“When people say that they fear getting older, what they usually mean is that they fear a long, drawn-out diseasespan.” (p.20)
“And they fear a consequence of all these: loss of opportunities for healthy social connections and the need to replace those with dependency on others.” (p.20)
Telomere itu ada di ujung kromosom dan bentuknya seperti plastik di ujung tali sepatu. Karena duo penulis bilang bahwa yang penting itu menjadi sehat, maka saya mulai dari mengatur metabolisme. Akhirnya saya fokus untuk menyayangi pencernaan saya, lalu levelnya saya naikkan sesuai kemampuan saya.
“Your telomeres care how much you weigh-but not as much as you might imagine. What really appears to matter to telomeres is your metabolic health. Insulin resistance and belly fat are your real enemies, not the pounds on the scale. Dieting affects telomeres, both for good and for ill.” (p.207)
“When we say a person has poor metabolic health, we generally mean that he or she has a package of risk factors: belly fat, abnormal cholesterol levels, high blood pressure, and insulin resistance. Have three or more of these risk factors and you get labelled with “metabolic syndrome,” a precursor to heart problems, cancer, and one of the greatest health threats of the twenty-first century: diabetes.” (p.210)
Berikut upaya membuat pencernaan lebih sehat sejak Januari 2023:
Melakukan intermittent fasting 🡪 awalnya buka pukul 10.00-18.00, sekarang lebih nyaman pukul 12.00-20.00.
Mengubah urutan makan agar tidak terjadi lonjakan gula darah. Buka puasa dengan sayur dan protein, lalu karbohidrat, ditutup buah.
Rotasi karbohidrat, tidak setiap hari makan nasi. Kalaupun makan nasi hanya sekali sehari, sisanya karbohidrat lain (umbi, pisang, dll).
Mengurangi Ultra Processed Food (UPF). Utamanya kurangi konsumsi tepung terigu, susu, dan gula rafinasi.
Mengganti bahan makanan ke opsi yang lebih sehat. Gula rafinasi menjadi gula kelapa, garam rafinasi menjadi garam laut, saos dengan penguat rasa menjadi saos minim tambahan rasa, dll.
Mengurangi makanan yang digoreng. Lebih sering konsumsi sayur dan buah mentah, makanan yang ditumis, atau dikukus.
Mengonsumsi makanan lokal yang mudah ditemukan di sekitar. Jajan pasar, sayur yang dijual dekat dengan tempat tinggal, buah yang sedang musim.
Mengurangi suplemen dan vitamin dalam bentuk pil/kapsul. Penuhi kebutuhan nutrisi lewat real food.
Apakah saya berhasil menjadi lebih kurus dan lebih sehat? Ya, saya sudah berhasil turun 5 kg dan tetap stabil di angka tersebut. Saya juga lebih fit: tidak mudah lelah dan jarang (bahkan tidak pernah) sakit. Kalau secara bentuk badan, saya cukup puasa melihat perubahannya melalui dua foto di bawah:
Kalau kamu juga mau belajar sayang sama percernaan seperti saya, kamu bisa intip sumber belajar saya di:
Yuk kita kurus dan muda sehat bersama!