Pernahkah kalian merasa bersalah ketika tidak melakukan sesuatu? Merasa enggan untuk beristirahat karena waktu untuk beristirahat bisa dipakai untuk melakukan sesuatu yang dianggap produktif? Mulai mengabaikan hal-hal penting lain seperti kesehatan (makan tepat waktu, istirahat yang cukup, olahraga), sosialisasi (dengan keluarga dan orang terdekat) untuk melakukan hal-hal yang dianggap produktif?
Jika iya, kamu sedang mengalami yang dinamakan Toxic Productivity. Toxic Productivity dapat diartikan sebagai obsesi untuk selalu produktif, dimana ini tentunya berdampak buruk bagi diri kita apabila terus menerus dibiarkan (toxic).
Produktif bersifat subjektif dan berbeda-beda bagi setiap orang. Ada orang yang merasa sudah produktif karena berhasil bangun pagi, ada yang merasa produktif setelah menyelesaikan semua to-do-list mereka, ada yang at the end of day, walaupun sudah melakukan banyak hal, masih belum merasa produktif.
Beberapa penyebab dari Toxic Productivity:
Comparing with other
Pandemi membuat ruang gerak orang-orang terbatas sehingga hal yang bisa mereka share juga terbatas. Orang-orang cenderung membagikan hal-hal yang dianggap produktif seperti working on side project, reading books, mencoba hobi baru, membuat konten, belajar bermain gitar, atau mempelajari bahasa asing, yang mana dapat membuat kita merasa "kalah" produktif dengan mereka apabila kita membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan mereka.
Ignoring the feelings
Merasa harus terus produktif sehingga perasaan-perasaan yang muncul seperti rasa bersalah, lelah, malas, sedih, merasa kosong dianggap sebagai distraksi dan cenderung diabaikan. Self-love dan perasaan bersyukur mulai berkurang, karena kita hanya menghargai diri kita ketika kita produktif.
Non-work related activities = not productive
Menganggap hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan seperti beristirahat atau berolahraga, me-time, bersosialisasi dengan keluarga atau teman, sebagai hal yang tidak produktif sehingga sebisa mungkin dihindari untuk dilakukan.
High Expectation/Goal
Memiliki goal yang terlalu tinggi tanpa memperhitungkan kemampuan kita akan membuat kita menjadi memaksakan diri, mengorbankan kesehatan (makan tepat waktu, waktu istirahat) untuk mencapai goal tersebut. Atau ketika kita berusaha memenuhi ekspektasi semua orang dengan berkata ya kepada setiap orang yang meminta bantuan kita. Belum lagi jika dikombinasikan dengan sikap perfeksionis + overthinking dan time management yang buruk tentunya akan berujung pada terjadinya burnout. Ketika sudah burnout dan tidak mampu untuk perform sesuai keinginan diri, muncul dissatisfaction/self-blaming. Ketika sudah membenci diri sendiri, merasa tidak berguna, mulai muncul perasaan demotivasi, tidak ingin melakukan apapun, which obviously will lead to more problem.
Oke sekarang sudah paham mengenai toxic productivity dan penyebabnya. Terus gimana dong cara mengatasinya?
Be mindful
Sadari dan lebih mendengarkan tubuh ini. Tubuh manusia mampu memberitahu kita apa yang ia butuhkan. Ketika ia membutuhkan istirahat, maka berilah ia istirahat yang seharusnya ia dapatkan. Dengan catatan istirahat yang secukupnya saja dan tidak berlebihan.
Sadari perasaan yang muncul. Apakah saya senang ketika melakukan ini? Atau sebenarnya saya tidak enjoy ketika melakukan ini. Apakah ini dapat membuat saya lebih dekat dengan tujuan/goal yang ingin saya capai? Atau sebenarnya ini tidaklah penting untuk dilakukan.
Be Present
Ketika sedang istirahat ya istirahat. Ketika sedang makan ya makan. Ketika sedang bersama keluarga atau teman ya fokus dengan mereka. Tidak perlu sambil memikirkan pekerjaan atau memikirkan hal lain. Pernah ga ketika lagi mandi tiba-tiba muncul ide? Atau ketika memutuskan untuk beristrahat sejenak dengan jalan di sore hari malah terpikir solusi dari permasalahan yang ada? Hal ini dikarenakan otak sedang memproses apa yang sebelumnya sedang kita lakukan.
Explore dan terapkan teknik produktivitas yang sesuai dengan diri kita
Setiap orang memiliki teknik produktifnya sendiri, waktu produktifnya sendiri. Coba berbagai teknik sampai menemukan teknik yang efektif dan cocok dengan kita.
Misalnya menggunakan teknik Pomodoro yaitu 25 menit bekerja dan 5 menit istirahat. Atau bisa disesuaikan sendiri menjadi 45 menit bekerja dan 15 menit istirahat. Sambil mendengarkan musik classic, jazz atau rock. Whatever suits you.
Realistic Goal/Target/Expectation
Kita hanya memiliki 24 jam sehari dan dalam 24 jam itu kita perlu menyeimbangkan antara work, life, and social life. Tahu kapan untuk berkata tidak kepada orang lain yang meminta bantuan kita. Dengan set goal atau ekspektasi yang disesuaikan dengan kemampuan kita membuat kita tidak terlalu memaksakan diri untuk mencapai goal tersebut.
Jika deadline masih jauh, mulailah mengerjakan dari jauh-jauh hari. Jika bekerja dalam tim, coba untuk delegasikan pekerjaan kepada rekan kerja. Walaupun memang belum 100% sesuai standar yang kita inginkan, but hey everything is about process, it takes time, berikan mereka kesempatan untuk belajar dan mencoba. Pandu mereka dan berikan masukan hingga mereka mampu memenuhi standar yang kita inginkan.
Ingat bahwa agar dapat bertahan lama, produktif harus sehat. Produktif yang sehat adalah ketika kita mampu menyeimbangkan antara work, life, dan social kita. Aku juga sudah membagikan some practical tips yang sudah pernah aku coba terapkan (and it works for me) yang bisa kalian coba terapkan juga. Hopefully, setelah lebih paham mengenai toxic productivity ini, kamu bisa lebih aware ketika akan mengalami atau sedang mengalami toxic productivity dan take action sebelum bertambah parah. Let me know jika kalian punya teknik produktivitas versi kalian. Feel free to reach me on my email winstheru@gmail.com or my Instagram @winstheru. Thank you for reading and stay healthily productive!
Nice writing, Winston. Tulisan kamu bikin semangat deh. I'll save for reading again later