#AbisNgulik: Menulis itu Penting Ga Sih?
...meningkatkan rasa percaya diri hingga mengembangkan tulisan.
Sabtu 1 Mei 2021 lalu, kami mengadakan diskusi dengan tajuk “Menulis itu Penting Ga Sih?” untuk berusaha memahami pandangan teman-teman subscriber tentang signifikansi menulis serta apa yang jadi burning question di sekitar topik tulis-menulis. Ada beberapa pertanyaan dari peserta diskusi yang telah dikirimkan sebelum acara. Pertanyaan inilah yang berusaha kami jawab bersama.
Proses diskusi sendiri dilakukan tidak hanya via lisan, tetapi peserta dapat menuliskan jawabannya di Google Docs di saat yang bersamaan. Eksperimen ini membuat tiap orang dapat memberikan perspektif lebih banyak dibanding hanya diskusi lisan saja. Di bawah ini rangkumannya:
Bagaimana meningkatkan rasa percaya diri untuk menerbitkan tulisan sendiri?
Find enjoyment first, setidaknya tulisan yang diterbitkan bisa menyenangkan diri sendiri dahulu. Jika menulis untuk diri sendiri maka tidak perlu terlalu memikirkan bagus tidaknya.
Menulis untuk berbagi perspektif, apa yang didapat dari orang lain. Lalu bisa mendapat perspektif atau feedback dari orang lain juga. Sehingga terjadi proses saling berbagi ilmu.
Menulis tidak perlu untuk “memuaskan” orang lain. Karena menulis adalah salah satu bentuk seni. Jika terlalu memikirkan apa yang dipikirkan orang lain, originalitas sebagai seni itu juga dipertanyakan.
Menulis sebagai bentuk “diskusi” dengan diri sendiri. Mulai menulis dengan hal yang sudah membantu/bermanfaat untuk diri sendiri. Lalu setelahnya menulis dengan mindset berbagi untuk orang yang penting untukmu.
Terkait ketakutan akan komentar netizen: “those who matter don't mind, those who mind don't matter”. - Dr. Seuss.
Karena jika orang yang memang sudah tidak suka, maka bentuk tulisan seperti apa pun juga dapat dicari celanya.
@JasonShen The target audience is always the same: myself. I like @morganhousel's line, "Writing for yourself is fun, and it shows. Writing for others is work, and it shows."Baby steps & overcoming our fear. Menghadapi ketakutan adalah selayaknya otot yang dapat dilatih. Be fear and do it anyway.
Bagaimana mengolah topik lebih dalam lagi sehingga dapat memenuhi target pribadi? Misalnya 1000 kata/hari dengan kaidah penulisan yang baik.
Evaluasi atau kritis terhadap target yang dipasang. Mengapa harus 1000 kata/hari? Apakah tujuannya untuk essay panjang? Evaluasi & realistis juga terhadap kemampuan saat ini. Jika masih terbiasa di 500 kata, bagaimana jika set target di 550 kata dulu, sehingga tidak melompat dan merasa overwhelmed sendiri dengan targetnya.
Bagaimana menentukan padanan bahasa yang digunakan agar tepat sasaran?
Gunakan resource yang tersedia seperti tesaurus atau KBBI. Jika memiliki kawan yang memiliki kemampuan & kapasitas juga bisa dihubungi atau dimintai pendapat seperti bekerja sebagai editor.
Bagaimana biar bisa tetap betah menulis?
Make the structure and prioritize it. Dengan mengetahui ending/goals akan membantu proses penulisan, tahu arahnya ke mana. Struktur 3 babak bisa dipergunakan untuk membantu (setup-confrontation-resolution)
Identifikasi mengapa rasa tidak betah itu muncul sehingga tahu akar masalahnya di mana. Jika misal bermasalah dalam mengartikulasikan dalam bentuk kata-kata, bisa coba dengan lisan, direkam dulu sehingga bisa didengarkan kembali baru kemudian ditulis.
Berganti topik dan gaya tulisan juga dapat membantu dari sisi konten. Misal topik yang insighful dapat diselingi dengan humor/jokes, sehingga tidak monoton.
Take a break! Jangan lupa untuk mengambil jeda dari proses menulis.
Bagaimana jika ide terus berganti-ganti seiring berjalannya waktu?
Wajar saja jika ide berganti-ganti. Hal ini bisa dihindari dengan menggunakan struktur/kerangka sehingga sudah tahu tulisan ini akan memiliki ending seperti apa.
Bagaimana cara membawa alur topik agar runtut dan tidak melebar kemana-mana?
See the big picture, sehingga tulisan mampu memiliki konteks.
Pisahkan proses menulis dengan penyuntingan/editing. Sehingga ketika menyunting benar-benar berfokus pada alignment.
Baca beberapa kali setelahnya. Membaca di saat yang berbeda dapat memberikan perspektif yang berbeda juga.
Bagaimana caranya agar tulisan kita berkembang dan kita jadi semakin baik dalam menulis?
Analisa dari karya orang lain yang bagus, mengapa karya ini bagus? Ambil hal-hal tersebut sebagai preferensi & improve dari sana.
Jika memiliki role model penulis tertentu, lihat bagaimana cara kerja orang tersebut.
Selain menulis untuk keperluan atau keinginan produktif, menulis juga menunjang kesehatan mental1. Ada juga teman diskusi yang merasa “sayang”, karena baru sadar akan hal ini 2 tahun belakangan ini. Tapi diingatkan pula dengan kutipan ini:
Waktu terbaik untuk memulai adalah 20 tahun yang lalu, waktu terbaik untuk memulai kedua adalah hari ini.
Terima kasih untuk seluruh peserta diskusi: Wulan, Putri, Guri, Crystal, Theo, Alfons, Velika, Odit, Amel, Fajril, Sintya, & Aida.
Selamat menulis, teman-teman!
Murray, Bridget. 2002. American Psychological Association. Writing to Heal. https://www.apa.org/monitor/jun02/writing
Harvard Medical School: Harvard Health Publishing. 2011. Writing about emotions may ease stress and trauma. https://www.health.harvard.edu/healthbeat/writing-about-emotions-may-ease-stress-and-trauma