“I'm today years old learnt how to ride a bike.”
Atau lebih jelasnya, gw di umur 24 tahun baru bisa naik sepeda. Mungkin sebagian besar orang, sepeda itu hal yang mudah dipelajari, bahkan sudah bisa mengendarai sepeda sejak kecil. Sementara untuk gw ga seperti itu.
Kalau ditarik kebelakang, ada beberapa faktor yang membuat gw ga belajar sepeda sejak dini. Pertama, dari kecil gw itu orangnya rumahan sekali, daripada main di luar sore-sore, gw lebih suka menggambar di kamar atau nonton anime di TV7 setelah pulang sekolah. Karena itu pula, gw juga ga punya sepeda dari kecil.
Sebenernya, gw udah mencoba untuk belajar naik sepeda beberapa kali, ternyata gw juga merasa takut, takut jatuh ketika naik sepeda, sehingga itu menghambat gw untuk bisa mengendarai sepeda. Selama bertahun-tahun gw kesal ke diri sendiri karena gw takut, ada rasa malu juga karena "masa ga bisa naik sepeda" sementara temen-temen gw yang lain udah ada yang bawa motor.
Akhirnya, beberapa hari yang lalu gw memutuskan untuk membeli sepeda dan belajar naik sepeda, apalagi karena masa pandemi gini, kalau mau kemana-mana yang jarak dekat masih bisa dengan sepeda daripada harus ojek. Awalnya takut, tapi rasa untuk menantang diri, rasa untuk lebih baik daripada sebelumnya ini lebih besar dari rasa takut itu. Dalam waktu seminggu tiap hari gw berlatih dan gw bisa naik sepeda.
Selama belajar sepeda ini, gw menemukan 3 hal dalam proses belajar, yaitu:
AKUI
gw harus mengakui bahwa diri gw ga bisa, emang pada kenyataannya belum bisa melakukannya. Ketika gw mengakui hal ini, rasa malu dan kecewa kepada diri sendiri itu perlahan luntur. Karena gw ga bisa, makanya sekarang gw berusaha untuk bisa. gw mulai memaafkan diri gw yang takut, gpp kok takut, karena merasakan takut di masa lalu makanya bisa tahu bagaimana caranya untuk berani di masa sekarang.
MULAI
Setelah gw mengakui, ya mulai, kalau ga kapan bisanya. Memang ketika untuk memulai semuanya terasa berat dan butuh sesuatu yang dikorbankan. Untuk memulai ini, ya gw jadinya menyisihkan uang untuk membeli sepeda lalu menyediakan waktu di pagi hari untuk memulai gowesan pertama. Pada hari pertama, perasaan takut itu besar banget, badan sakit-sakit, keringetan berlebih karena panik daripada capek menggowes. Kemudian hari berikutnya di waktu yang sama gw memulai kembali.
LALUI
Terkadang ketika dalam proses belajar ini yang kita suka lupa, untuk perlahan-lahan lalui, hasil belajarnya butuh waktu, ga terjadi satu malam, bahkan ketika kita tahu teorinya. Ketika naik sepeda, gw pelan-pelan melaluinya, hari pertama gw memasang target hanya untuk bisa gowes sekali aja di depan rumah karena gw masih memikirkan takut jatuh itu. Hari berikutnya, gw targetin bisa tiga gowesan di kompleks. Perlahan-lahan setiap harinya, dan gw catat di pokedex gw.
gw pun jadi mengerti kenapa sebelum-sebelumnya gw selalu gagal untuk bisa naik sepeda ini, karena gw pengen cepet-cepet bisa dan skip beberapa tahapan, misalnya gw pengen bisa gowes keliling-keliling langsung dalam sehari dan ketika ga bisa hari itu, gw semakin tertekan dan tetep aja ga bisa. Atau hal lainnya gw udah mau belajar di jalanan aja dengan banyaknya kendaraan yang lalu lalang, itu kan ga bisa.
Makanya kan kita di sekolah aja ada kelas-kelasnya, lulus SD, SMP, lalu SMA, ga bisa kan baru kelas 2 SD langsung loncat ke 3 SMA, semua ada waktu dan prosesnya. Karena ini pun gw juga lebih menghargai proses. Ketika kita melalui ini semua apa yang kita capai juga lebih bertahan atau sustain untuk jangka waktu yang lama.
Setelah melewati ini semua, tahapan-tahapan ini juga mulai gw aplikasikan ke belajar-belajar yang lain. Bisa contohnya baca buku, gw akui dulu gw ga suka baca buku, kemudian gw mulai baca buku dan atur waktu untuk kapan baca buku, dan lalui pelan-pelan mulai dari 1 halaman per hari lalu 1 sub-bab per hari, selangkah demi selangkah.
Mari kita kembali belajar dan berproses, jadi... goodbye 😚👆and good night 👉💥