Saat bertemu dengan teman-teman pembaca Lagi Ngulik minggu lalu di Jakarta, ada pertanyaan yang muncul tentang konsistensi: gimana sih Vin untuk bisa konsisten? Tentu konteks yang dibicarakan di sini adalah bagaimana saya dan Devon bisa sampai di hitungan #47 edisi dan hampir mencapai umur 2 tahun. Apakah karena ada pressure yaitu punya partner berkarya? Atau karena sudah ada pembaca yang berlangganan? Jawaban untuk kedua pertanyaan terakhir adalah iya, tentu ada rasa pressured itu, tetapi bukan yang paling besar dan utama. Bagi saya tiga hal di bawah ini bisa menjadi alasan yang lebih kuat untuk dapat konsisten dan melaju terus.
Kembali ke akar - apa keinginan itu cukup besar untuk kemudian menjadi semangat/dorongan menjadi konsisten? Apakah ia berarti untukmu? Ketika kita mengawali niat untuk melakukan sesuatu, tentu ada alasan mengapa kita ingin melakukannya. Bisa jadi kita tahu kalau ia akan bermanfaat bagi kita di masa depan. Atau karena hal tersebut memiliki makna yang mendalam bagi kita. Saya mengetahui bahwa saat saya bisa berbagi apa yang saya pelajari, tentu akan menyenangkan jika dapat bermanfaat untuk orang lain juga. Terlebih dalam agama yang saya anut, ilmu yang bermanfaat diyakini dapat menjadi amal baik yang tak terputus, bahkan saat sudah mengalami kematian. Perihal ini menjadi dorongan yang kuat sekali untuk bisa kontinyu membagikan pengalaman belajar. Mana tahu, ia dapat berguna bagi yang membaca.
Align with what you really desire to - what breaks your heart the most?
Saya pernah membahas di artikel berikut, tentang cara untuk mengetahui apa yang kita inginkan. Terkadang kita bisa dengan instan jatuh cinta, bersemangat tentang sesuatu. Tetapi kadang, kita juga bisa merasa clueless, bingung sebenarnya ingin apa. Pertanyaan ini dapat membantu untuk mengenali: hal apa yang membuat kita sedih dan merasa sakit hati? Dari sana kita dapat merunut antidote-nya, memastikan bahwa hal baru yang akan kita beri komitmen tidak berjalan seperti itu. Meski di awal saya tidak betul-betul tahu bagaimana Lagi Ngulik akan berkembang, tapi saya sudah mendiskusikan dengan Devon prinsip-prinsip yang penting. Misalnya, untuk saling memberi tahu jauh hari jika ada kesulitan mengatur waktu atau energi, jujur jika ada situasi yang kurang mendukung atau tidak nyaman. Saya pernah merasa ‘dibohongi’ dalam berkarya bersama, dan saya usahakan agar tidak terjadi di Lagi Ngulik dengan mendiskusikannya sejak awal bersama Devon.
Buddy to work with - do you want to go far or do you want to go fast?
Kalian mungkin sudah sering mendengar peribahasa dari Africa yang berbunyi “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together”. Senyampang berjalannya waktu, saya semakin percaya kalimat ini. Saat melakukan sesuatu sendirian, memang keputusan bisa diambil lebih cepat, tidak perlu menahan ego dan dapat meraup kredit untuk diri sendiri saja. Tetapi ketika berjalan berbarengan, ada banyak kelebihan yang membuat sebuah upaya dapat berumur lebih panjang. Saat tidak semangat, bisa saling mengingatkan. Saat kesulitan, bisa saling membantu mencari solusi. Apakah semua partner atau rekan berkarya pasti cocok dan bisa jalan bersama terus? Tidak juga. Tapi saya sangat bersyukur dapat bertemu dengan Devon dan bisa berkarya bersama sejauh ini. Tanpa mencoba, tentu tidak akan pernah tahu dan tidak mungkin sampai di sini.
Jawaban yang lain malah muncul saat saya bertemu teman-teman yang juga membaca Lagi Ngulik keesokan harinya. “Tapi kamu emang bisa set ekspektasi sih kak Vin. Jadinya kamu bisa menyesuaikan gitu loh”. Kalimat ini membuat saya melihat lagi ke belakang, saat-saat dimana saya meletakkan ekspektasi saya di tempat yang kiranya sesuai untuk kemampuan diri ini.
Saat memulai Lagi Ngulik, saya ingat betul bilang ke Devon bahwa faseku saat ini adalah masa menabur benih. Baru menabur saja. Hasilnya seperti apa belum terbayang, atau tumbuhannya akan berbentuk seperti apa pun belum ada imajinasinya. Hanya yakin bahwa jika kita menabur benih tersebutnya, merawat, memberi nutrisi yang cukup, bersabar seiring berjalannya waktu, maka pasti akan ada yang dituai dari situ. Tulisan-tulisan di Lagi Ngulik adalah benih yang saya maksud.
Nyatanya, hasil yang dipanen itu ternyata tidak perlu waktu terlampau lama. Devon misalnya menyebutkan Lagi Ngulik sebagai project dalam portofolionya ketika melamar kerja. Saya pun mencantumkannya dalam aplikasi mendaftar studi. Di masing-masing pengalaman, Lagi Ngulik telah menjadi nilai lebih dan dihargai oleh orang lain sebagai bentuk karya yang konkret dan berkelanjutan.
Semoga beberapa hal ini dapat menambah keyakinanmu untuk memulai sesuatu dan menghidupinya ya temans!