Dalam Winners, Alastair Campbell mengutip cerita dari Humphrey Walters1 menyebutkan ada 3 peran dalam tim: leader, warrior, talent. Leader dapat dengan mudah kita pahami, yaitu peran untuk memimpin tim tersebut, menentukan ke mana arah dan tujuan tim tersebut. Warrior adalah peran yang memastikan tim tersebut berjalan/bekerja secara berkelanjutan. Talent adalah peran yang membawa inovasi, terobosan atau perbedaan. Tulisan ini ingin melihat lebih dalam apa yang menjadi tantangan untuk warrior dan talent, dan apa yang perlu dilakukan leader untuk menghadapinya.
Warrior: Lead with Warmth, then Competence
Yang biasanya menonjol dari 3 peran ini adalah leader atau talent. Leader sebagai pengambil keputusan, kemudian talent dengan kemampuan/hal berbeda yang ia lakukan. Contohnya dalam tim balap sepeda, pelatih adalah leader dengan strategi yang ia miliki, mengarahkan tim tersebut agar dapat meraih kemenangan. Talent adalah atlet yang bertanding di kompetisi. Sedangkan warrior adalah ahli gizi, pemijat, supir, mekanik dan anggota tim lainnya yang memastikan segala kebutuhan untuk menjalankan strategi bisa terpenuhi. Agar tim berjalan lancar, para warrior ini perlu menjalani perannya dengan suka hati. Tantangannya adalah bagaimana cara agar warrior dapat terpenuhi kebutuhannya & menjalankan tugas dalam tim dengan baik?
Pertanyaan ini coba dijawab oleh Amy Cuddy, Matthew Kohut & John Neffinger2 dengan mengambil sudut pandang bagaimana kita menilai orang lain (social judgment). Ketika menilai orang lain, kita memiliki kecenderungan untuk melihat 2 karakteristik utama: seberapa (mudah) mereka disukai (dari sisi kehangatan, bisa dipercaya); seberapa menakutkan mereka (kekuatan, kompetensi). Dua karakteristik ini penting karena dapat menjawab 2 pertanyaan penting: apa niatan mereka & seberapa mampu mereka melakukan niatan tersebut.
Riset yang dilakukan Amy Cuddy, Susan Fiske & Peter Glick menghasilkan diagram yang menunjukkan bagaimana tingkat kompetensi & kehangatan seseorang dapat mendapatkan respon yang beragam. Jika seseorang tersebut sangat kompeten, tetapi dingin, maka respon yang muncul adalah rasa iri. Jika seseorang tersebut hangat, tetapi tidak kompeten, dapat memunculkan rasa kasihan.
Dari diagram ini, pemimpin dapat berefleksi dan menyesuaikan sikapnya terhadap tim yang ia pimpin. Cuddy, Kohut & Neffinger menekankan untuk mendahulukan warmth dibanding competence. Karena dari kehangatan, ia dapat menjadi pondasi rasa percaya, komunikasi yang baik serta mengakomodasi keinginan seseorang untuk didengar & diakui. Kembali ke contoh warrior dalam tim balap sepeda, seorang pemijat tahu bahwa perannya mendukung atlet agar tampil prima dan senang melakukannya tanpa perlu merasa penting tampil di podium. Di saat yang sama, ketika meraih kemenangan, pemijat ini pun tahu bahwa ia memiliki andil penting dalam prosesnya.
Talent: The Observant Critics
Untuk pemimpin yang tidak merasa aman atau percaya diri, besar kemungkinan mereka akan memilih anggota tim dengan peran warrior yang patuh atau manut saja. 'Great leaders want talent who will challenge too', kata Alastair Campbell. Ia mencontohkan Abraham Lincoln yang mampu menyatukan rivalnya dalam kabinet yang ia pimpin. Meski secara politik mereka berseteru, Lincoln memahami kemampuan yang dimiliki masing-masing persona untuk memenuhi tujuan kabinetnya saat itu.
Bagaimana Lincoln melakukannya? Kearn Goodwins, penulis Teams of Rival3, Lincoln berhasil menyatukan talent dalam kabinetnya dengan kebaikan, sensitivitas, kasih sayang, kejujuran dan empati. Nilai-nilai ini jarang 'dipromosikan' dalam ranah politik, tetapi terbukti dapat menjadi sumber daya yang mujarab untuk pemimpin menyikapi talent dalam timnya.
Epilog
Menurut saya, setiap dari kita akan memiliki peran yang berbeda di setting sosial yang berbeda pula. Misalnya dalam keluarga, saya bisa menjadi ibu (warrior) atau anak (talent). Di Lagi Ngulik, saya dapat berperan sebagai leader dan juga warrior.
Jika dibaca sambil lalu, tulisan ini seolah hanya ditujukan untuk leader. Tetapi sebenarnya ia juga dapat digunakan sebagai refleksi oleh anggota tim yang lain. Apakah selama ini saya sudah menjalani peran atau tugas saya dengan baik? Jika belum, apa yang perlu saya lakukan?
Winners by Alastair Campbell, halaman 76
Dibaca di Connect, then Lead oleh Amy Cuddy, Matthew Kohut & John Neffinger, https://hbr.org/2013/07/connect-then-lead
Dibaca di Give and Take by Adam Grant, halaman 17