Beberapa minggu lalu gw mencoba naik ATV dan parasailing di Bali dan self-confidence gw naik banget, gw jadi berpikir, wah ternyata gw bisa melakukan ini ya, wah ternyata gw bisa melakukan itu ya. Secara mengejutkan juga, ternyata self-confidence itu bersifatnya compounding ya, setelah berani mencoba kedua hal tersebut, gw makin pengen mencoba sesuatu yang baru, pengen lebih menantang diri lagi dengan hal-hal lain.
Setelah berpikir, akhirnya gw menemukan sesuatu yang kayaknya keren juga kalau gw bisa menguasainya, yaitu bela diri. Setelah mencari-cari tempat latihan bela diri terdekat rumah, gw menemukan pusat pelatihan Muay Thai. Kalau dari namanya, udah keliatan ya kalau ini bela diri asal Thailand, yang biasa juga dikenal dengan Thai Boxing. gw pun memutuskan untuk mendaftar dan mencoba ikut kelas 5x sesuai dengan paketnya. gw dari kecil senang nonton pro-wrestling, atau yang lebih sering dikenal dengan Smackdown. Akan tetapi, tentu saja di Indonesia tidak ada tempat latihan untuk menjadi profesional dan Muay Thai ini mungkin bisa jadi salah satu untuk membayar rasa penasaran gw dari kecil itu.
Kemudian, setelah mengikuti 5x kelas, gw belajar banyak hal dari sini, what an experience buat gw, setidaknya ada 2 hal yang bisa gw share lebih dalam di tulisan ini, mengenai Learn, Unlearn, Re-learn dan belajar lebih berempati.
Learn, Unlearn, Re-learn
gw menemukan term ini dari podcast Thirty Days of Lunch bersama Sabda dan podcast Endgame-nya Gita Wirjawan bersama Dian Sastro. Setelah gw cari, ternyata term ini dikemukakan oleh Alvin Toffler, seorang penulis, di dalam bukunya yang berjudul Future Shock. gw jujur belum baca buku ini, tapi kalau gw bisa menerjemahkan secara bebas berarti learn itu belajar, unlearn melupakan apa yang kita telah pelajari, lalu re-learn belajar lagi. Lalu gimana penerapannya waktu berlatih Muay Thai?
Pada proses learn, tentu saja gw belajar, belajar Muay Thai, karena ini adalah hal yang baru dan belum pernah gw sentuh sebelumnya, gw belajar mulai dari cara meninju, menendang, menyikut, dan menggunakan lutut. Semua gerakan baru gw pelajari satu demi satu sehingga terbiasa.
Proses unlearn disini buat gw adalah untuk tidak sok tau, walaupun gw udah sering nonton wrestling dari kecil, walaupun gw udah pernah latihan fisik dari ikut club basket gw waktu SMP, mencoba untuk belajar dari 0 lagi.
Dan pada re-learn, masih berhubungan dengan proses unlearn tadi, ternyata ada beberapa hal yang selama ini gw juga kurang tepat, misalnya push-up ternyata jarak tangan terlalu lebar jadinya plank yang terlalu nungging pantatnya.
Ketika melewati proses ini, maka proses belajar jadinya lebih efektif, apa yang diajarin jadi bisa terserap dengan lebih baik karena kita berada di mode murid seperti sekolah lagi. Ketika ada sesuatu yang keliru bisa kembali bertanya lagi atau menjadi menemukan cara-cara yang tepat.
Empati
Poin berikutnya adalah empati. Mungkin pembelajaran ini ga terukur seperti dari ga bisa nendang jadi bisa nendang, tapi ini lebih ke dalam diri gw, gw jadi lebih bisa mengapresiasi orang. Lebih mengapresiasi atlet bela diri misalnya. Ternyata untuk melakukan uppercut punch aja susah, ga asal mengayunkan tangan ke arah dagu lawan langsung KO. Mengayunkannya aja susah, belum lagi harus diimbangi teknik yang benar dan kekuatan yang cukup. Padahal kalau kita ngeliat di TV keliatannya para atlet bisa melakukan dengan mudah. Itu pula yang buat gw apresiasi, gerakan yang susah dan orang bisa melakukannya dengan mudah dan cepat pasti butuh proses dan latihan yang lama.
Mungkin jadinya empati ini melebar kemana-mana, ke pekerjaan-pekerjaan lain. Misalnya satpam, yang kita sering liat keliatannya kok gampang-gampang aja, berdiri di depan gerbang kompleks. Tapi kalau kita telaah lebih jauh, apakah kita bisa kuat dan konsentrasi berdiri beberapa jam di ruangan terbuka? terus apakah kita bisa dalam posisi selalu sigap ketika ada sesuatu yang terjadi? Bisa jadi kemampuan kita belum mencapai tingkat itu.
Selain di pekerjaan, empati ini jadi bertumbuh di area lain, seperti ketika ada orang yang mengeluh mulu, daripada gw langsung men-judge orang ini toxic tapi gw jadi berpikir apa sih yang menyebabkan orang ini berperilaku demikian, apakah dia ada kekecewaan yang begitu mendalam?
Kalau dilihat-lihat, wow banget ya, dari satu hal ke hal lain yang keliatannya juga tidak berhubungan bisa saling terkoneksi, terus compounding, dan gw mendapat pembelajaran lain selain skill Muay Thai dari 0 ke 1. Bisa dibilang learning is fun, so much fun, jadi pengen lebih lagi dan lagi untuk explore hal baru. Mungkin selanjutnya mau belajar merajut? (colek Kak Vinka)
Let's keep learning!
goodbye 😚👆and good night 👉💥