Sebagai seseorang yang memilik zig-zag career atau karir yang tidak linear, terkadang saya mengalami tantangan untuk menjelaskan kepada orang lain alasan dan pemikiran yang saya miliki. Mulai dari menjadi supervisor restoran, berjualan benang dan menjadi guru rajut, dan yang terakhir sebagai resident assistant di akomodasi mahasiswa. Belum lagi dengan aktivitas lain seperti menjadi co-host dari podcast VIP Talks, volunteer di Buibu Baca Buku Bookclub, juga menjadi co-creator dari Lagi Ngulik yang sedang kalian baca sekarang.
Dari buku ‘So Good They Can’t Ignore You’ karya Cal Newport saya mengenal istilah little bets. Istilah ini dicetuskan oleh Peter Sims dan menjadi judul bukunya. Dalam buku tersebut Peter mempelajari bagaimana para innovator yang sukses itu bekerja dan mencapai kesuksesannya. Dari sana, ia menemukan sebuah strategi yang serupa satu sama lain. Mereka tidak memulai dengan ide besar atau memiliki rencana yang menyeluruh sejak awal. Yang dilakukan adalah runtutan aksi kecil atau little bets untuk mengetahui apa yang potensial, mempelajari apa informasi penting dari aksi-aksi tersebut dan menindak-lanjuti masukan-saran yang didapat.
Hal ini menyadarkan saya ketika melihat lagi ke belakang, kepada perjalanan karir dan pilihan-pilihan yang saya ambil. Hal-hal yang di beberapa momen terasa seperti tidak ada maknanya, atau membuat orang bertanya-tanya [‘Ngapain sih Vin kamu bikin podcast kayak begini? Ntar mau maju jadi caleg kah’]. Aksi kecil ini justru di kemudian hari, ketika saya menentukan tujuan baru dari feedback yang saya dapatkan, menjadi bukti perjalanan yang dihargai orang lain.
Beberapa bulan terakhir saya mendaftar ke beberapa universitas untuk studi master di program yang mempelajari tentang inequalities. Keputusan ingin melanjutkan studi ini berawal dari kurikulum yang saya buat sendiri untuk mengetahui lebih dalam tentang social mobility. Dari mempelajari course yang dapat saya akses, membaca buku-buku seputar social mobility, saya menemui lebih banyak pertanyaan yang jawabannya tidak dapat saya temukan di platform yang gratis. Ketika mencari lebih jauh, keingintahuan saya dijanjikan dapat terpenuhi dengan menempuh studi lanjut di program-program dengan tajuk inequalities.
Dalam proses mendaftar, tentu terlintas keraguan dan berpikir apakah saya bisa diterima dengan segala keterbatasan (nilai IPK yang bukan cumlaude, karir yang tidak linear dan bahkan scattered). Yang bisa saya tunjukkan adalah little bets, aksi kecil yang saya lakukan kontinyu dari waktu ke waktu. Alhamdulillah usaha ini berbuah baik. Dari empat universitas di Inggris yang saya coba daftar, 1 menolak, 2 menerima tanpa syarat (unconditional offer) dan 1 lagi masih menunggu jawaban. Hasil ini seolah memvalidasi saya bahwa little bets bukanlah sesuatu yang pointless dan patut untuk terus dilakukan.
How to Continuously Dare Making Little Bets?
Jika kita sudah paham dan sepakat manfaat dari little bets, maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara kita mengintegrasikannya dalam keseharian kita? Apalagi jika menyangkut karir, apakah hal ini berarti mengambil risiko dengan beralih jalur karir?
Dalam buku yang sama, Cal Newport menyarankan sistemasi untuk dapat mempraktekkan little bets dalam hidup kita dengan teratur dan usaha yang tidak membebani.
Di puncak piramida adalah Tentative Research Mission, dimana ia menjadi panduan kasar untuk membawa kita dalam mengerjakan hal yang menarik bagi kita. Berdasar contoh di atas misalnya, saya tertarik dengan topik social mobility untuk memahami apa yang bisa saya lakukan untuk membantu masa depan anak saya menjadi lebih baik. Misi ini, seperti namanya, sangat fleksibel dan bisa berubah-ubah sesuai dengan apa yang kita temukan dan diiterasi dengan feedback yang kita dapatkan nantinya. Lalu, Cal mengajak kita untuk menyelam ke lapisan terbawah piramida dengan Background Research, melakukan penelitian mendalam dan elaborasi terhadapnya. Ia misalnya membuat peraturan untuk dirinya sendiri yaitu “Setiap minggu, saya akan meng-expose diri saya terhadap sesuatu yang baru tentang area ini”. Setelah dilihat lagi, saya pun menerapkan hal serupa saat menuliskan artikel kurikulum ini. Secara spesifik saya menuliskan peraturan saya:
I'll spend at least 1 hour daily to learn & 30 minutes to reflect, think or write on this specific learning process.
Lapisan terakhir berada di tengah piramida yaitu Exploratory Project. Cal menerapkan beberapa kriteria untuk tahap ini: sebuah projek harus cukup kecil untuk diselesaikan dalam kurun waktu kurang dari 1 bulan; memaksamu untuk menghasilkan nilai baru untukmu (mahir dalam skill, misalnya); dan menghasilkan karya yang dapat digunakan untuk mendapatkan feedback. Dengan adanya karya sebagai output dari sistem ini, ia menjadikan sistem dapat berlangsung terus menerus (closed loop). Feedback yang masuk dari luar, dapat dipertimbangkan untuk mempertajam misi di puncak piramida, begitu seterusnya.
Lagi Ngulik misalnya, sudah menjadi outlet karya yang teratur dari waktu ke waktu untuk saya. Beberapa artikel yang saya tulis adalah hasil dari eksplorasi di topik social mobility. Feedback yang masuk baik berupa komentar maupun ‘like’ dapat membuat saya sadar pada artikel atau topik apa yang lebih sesuai dengan audiens Lagi Ngulik. Lebih lanjut, sistem ini juga mengingatkan saya pada bagan yang saya gunakan untuk membangun Second Brain saya, di bagian Express. Tanpa ada proses ekspresi karya, iterasi ke arah yang lebih baik akan lebih sulit dilakukan.
Should We Change Our Job, Then?
Pertanyaan yang juga muncul ketika saya menyampaikan konsep little bets ini adalah: apakah kita perlu berganti pekerjaan (jika ingin mempraktekkan little bets)? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ingin mengutip nasihat dari Clayton Christensen di bukunya How Will You Measure Your Life. Di dalamnya ia memiliki pembedaan yang jelas atas faktor-faktor yang mempengaruhi karir kita: hygiene factors & motivation factors. Hygiene factors adalah hal-hal yang terkait dengan status, kompensasi, keamanan kerja, pengawasan, kebijakan perusahaan. Motivation factors berupa tantangan kerja, pengakuan/rekognisi, pertumbuhan personal, tanggung jawab. Clayton menegaskan bahwa hygiene factors penting untuk dipenuhi agar kemudian dapat meraih kepuasan dalam bekerja, yaitu melengkapinya dengan motivation factors. Jika kedua faktor ini dapat dicapai di pekerjaan yang kita jalani sekarang, maka akan lebih mudah untuk dapat fokus di little bets, tanpa perlu merasa FOMO1 jika tidak seperti yang dilakukan kawan-kawan di sekitar, atau trend yang mengemuka saat ini.
Jadi, apakah kamu tertarik mencoba little bets?
Fear of Missing Out, merasa ketinggalan.
Wishing all the best for ur inspiring bets, Vin 😀. Menarik sekali prosesnya dan jadi mengingatkan kembali apa yg bikin kita penasaran, apa yg bikin kita termotivasi tanpa tahu hasilnya akan gimana 🙂