Mencapai Tujuan: Doing Boring Things Consistently
Tiga tahun menulis di Lagi Ngulik dan hal 'membosankan' lainnya
Bulan Maret 2024 ini istimewa untuk Lagi Ngulik, karena kami merayakan ulang tahun ke-3! Kalau melihat ke belakang, takjub juga. Bisa sejauh ini, belum pernah 'missed' (kalau bisa jangan sampai ya!) dan bertumbuh bersama dengan
. Meminjam istilah yang digunakan mas Ruby @fellexandro di story Instagram beberapa waktu lalu, banyak capaian diraih karena 'doing boring things consistently'. Ia mencontohkan bagaimana podcast-nya Thirty Days of Lunch mendapat kontrak dari Spotify karena mampu konsisten menjalankannya. Saya sepakat. Lagi Ngulik pun demikian. Menyisihkan waktu untuk duduk dan menulis itu 'boring'. Tak jarang pula mepet dengan deadline, ada tanggung jawab lain yang juga mendesak. Tetapi, dengan keyakinan bahwa apa yang membosankan ini akan membawa hal yang positif di kemudian hari, membawa kami hingga di tahun ketiga.Tidak hanya menulis, saya menemukan ada beberapa hal 'membosankan' yang membantu hidup menjadi lebih mudah dan membuat banyak kesempatan positif terjadi. Apa aja tuh, Vin?
Meal plan alias merencanakan menu mingguan
Tanyakan pada ibu-bapak dan atau para dewasa yang memilih atau terpaksa memasak sehari-hari, pertanyaan yang sering sekali muncul dan menyita waktu: masak apa ya hari ini? Been there, done that, and trapped million times, temans. Saya menemukan solusi dengan merencanakan menu untuk dimakan, dilakukan secara rutin tiap minggu. Polanya sama, hari Sabtu pagi mendaftar 6-7 menu utama (biasanya tiap menu untuk 2x makan sekeluarga), merinci bahan-bahan yang diperlukan, lalu merencanakan belanja sesuai dengan aktivitas kami di akhir pekan tersebut. Untuk menambah repertoire dan meluaskan palate lidah kami, 2-3 kali dalam sebulan kami mencoba menu baru. Tidak terlalu sering karena menu baru butuh konsentrasi lebih dan juga sudah cukup banyak 'compounding' resep dari bertahun-tahun melakukannya.
Waduh, aku ga masak Vin jadi ga relate nih sama meal plan!
Paham banget. Kalau digodok dan direduksi hingga esensinya, meal plan mencerminkan tanggung jawab logistik dan 'administratif' yang mengiringi hidup manusia (dewasa). Ada yang sifatnya tahunan seperti pajak, perayaan keagamaan; bulanan seperti bayar tagihan listrik, air, SPP sekolah anak; juga yang harian seperti apa yang kita konsumsi sehari-hari, jadwal buang sampah dan tugas domestik lain. Meal plan adalah sistem yang memungkinkan 'life admin' ini dibagi-bagi dan dikerjakan oleh siapa saja dalam rumah tangga. Saya atau suami dapat bergantian memasak, atau minimal mencicil apa yang perlu disiapkan agar masakan terhidang. Loh, emang suamimu bisa masak menu yang kamu tetapkan Vin? Menu ditetapkan bersama-sama sekeluarga, dan semua menu sudah tersimpan di app yang bisa bikin file PDF kalau diperlukan. Lifetime access untuk Cookbook app adalah salah satu investasi saya yang sudah 'balik modal' dan bahkan untung berlipat-lipat karena digunakan optimal selama 5 tahun terakhir. Dengan menggunakan sistem yang 'membosankan' ini waktu di dapur jadi efisien dan kami punya waktu lebih banyak untuk mencapai hal yang kami inginkan.
Menabung
Benar memang kata Morgan Housel di Psychology of Money, bahwa menabung itu tidak perlu alasan. Kita bisa mulai menabung kapan saja, dan bahkan tanpa alasan tertentu. Menabung tentu 'membosankan', karena pikiran kita sungguh kreatif untuk perihal menghabiskan uang. Untuk itu, saya perlu berterima kasih dengan kedua orang tua yang sudah mengajarkan dan memberi teladan perencanaan keuangan yang matang dan membiasakan menabung secara teratur. Menabung membuat saya punya keberanian bermimpi dan merealisasikannya. Menetapkan mimpi sekolah lagi tentu butuh biaya, bahkan ketika lewat jalur beasiswa. Untuk tes TOEFL, print ini itu, telpon internasional untuk bertanya, dsb. Karena punya tabungan jadi tidak gentar dan tetap melaju.
Hal yang sama juga berlaku untuk keputusan hidup yang punya resiko keuangan. Tanpa tabungan dana darurat, tentu peralihan karier suami bisa jadi soal serius. Juga keputusan memboyong keluarga saat saya studi. Karena berkali-kali didukung oleh tabungan, maka hal 'membosankan' yang satu ini tetap saya pertahankan dan pastikan tidak pernah luput.
Mendokumentasikan apa yang dilakukan
Hal yang terakhir ini menjadi penjelasan untuk Lagi Ngulik, konten-konten yang saya bagikan di Instagram, YouTube, membuat podcast VIP Talks, juga mengapa saya membangun Second Brain. Dalam istilah Tiago Forte, ia menyarankan kita untuk membiasakan diri 'Capture', menangkap hal-hal yang menarik dan mengejutkan untuk disimpan dalam Second Brain. Dari sana, kita akan memiliki katalog pengetahuan yang dapat diakses sewaktu-waktu. Tapi menumpuk momen dan pelajaran saja, apa cukup? Ternyata tidak. Perlu untuk direproduksi dan menghasilkan output agar menjadi manfaat, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.
Apa yang saya buat dan sudah saya sebutkan sebetulnya adalah bentuk dokumentasi dari apa yang saya lakukan. Saya baca buku A, ada yang menarik, maka saya buat video ulasannya. Sedang kekurangan tidur, saya tuliskan. Pengalaman-pengalaman ini jika didokumentasikan, ternyata lebih bermanfaat. Ada orang yang lain yang dapat informasi, juga menjadi bukti otentik atas usaha-usaha yang telah saya lakukan, sehingga menjadi portfolio yang juga berguna untuk karier. Bahkan, ketika dibaca kembali, dapat jadi bahan refleksi yang berarti. Karena inilah, hingga sekarang saya tetap melakukan hal 'membosankan' ini.
Apa hal 'membosankan' yang kalian pilih lakukan secara konsisten?