Atensi = waktu dalam hidup kita. Kita bisa sama-sama setuju bahwa waktu adalah besaran yang paling berharga, bahkan dibanding dengan uang. Karena waktu tidak bisa ditabung, ditambahkan. Waktu yang kita miliki hanya akan berkurang sampai di akhir kehidupan nanti. Di artikel sebelumnya saya mengaitkan atensi dan fokus, serta bagaimana 'melindungi' keduanya sebagai aset berharga dalam hidup. Kali ini saya ingin menggaris bawahi hal-hal kecil yang tidak kita sadari 'mencuri' atensi kita dari waktu ke waktu.
Menjadi Sempurna
Perfection is a distraction—another shiny object taking your attention away from your real priorities.
~ Make Time, Jake Knapp & John Zeratsky
Mengejar kesempurnaan, adalah hal yang fana. Kalimat tersebut saya percayai betul, terutama dalam perihal menulis. Jika berprinsip hanya mau mempublikasikan tulisan yang bagi saya sempurna, maka dapat dipastikan newsletter Lagi Ngulik ini tidak mungkin terbit teratur selama setahun terakhir. Seperti argumen Jake Knapp & John Zeratsky di atas, seluruh perhatian yang kita miliki justru akan terdistraksi dari prioritas yang sebenarnya. Kita mengejar satu hal hingga mencurahkan semua atensi yang kita punya, tanpa menyadari dalam waktu bersamaan mengorbankan hal penting lainnya.
Apakah hal ini berarti kita tidak boleh memasang target yang tinggi? Boleh saja, dengan catatan kuasai yang 'bagus' dulu sebelum ingin menjadi 'istimewa'. Karena saat kita paham bagaimana mencapai yang (sekadar) bagus itu, maka kita paham seberapa banyak energi yang diperlukan, sumber daya yang dihabiskan, termasuk juga alokasi atensi. Baru kemudian bisa beranjak sedikit demi sedikit menuju level selanjutnya. Dalam dunia masak-memasak, ada prinsip serupa yang dituliskan Michael Ruhlman dalam bukunya Ratio.
I’ve worked with the greatest perfectionist there is in the cooking world, and I love that hunt for the perfect sauce, the perfect custard, but here I’m after good. Only when we know good can we begin to inch up from good to excellent.
~Ratio, Michael Ruhlman
Impressing People
No matter which goal you choose, there will be lots of people telling you you’re wrong. Just pay close attention to what excites you and what drains you. Pay close attention to when you’re being the real you and when you’re trying to impress an invisible jury.
~ Anything You Want, Derek Sivers
Saat kita memiliki tujuan tertentu, otomatis atensi kita diperlukan agar bisa fokus pada usaha-usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi ada yang perlu kita pertanyakan sebelum mulai mengeksekusi usaha, yaitu kembali pada 'why'. Apakah tujuan tersebut sebenarnya kita gunakan agar orang lain terkesan?
Dibutuhkan kejujuran yang sebenar-benarnya (radical honesty) untuk dapat mengevaluasi poin ini. Terlebih ketika menyadari bahwa kita menghidupi tujuan yang salah, maka atensi (dan waktu) kita pun akan terbuang sia-sia bersamanya.
Berlawanan dengan yang diyakini banyak orang, Amy Cuddy dalam Presence menekankan bahwa jika kita berfokus pada impresi yang kita buat untuk diri kita sendiri, maka di saat yang bersamaan akan meningkatkan impresi di mata orang lain.1 Hal ini tidak berlaku sebaliknya.
Sulit Mengatakan Tidak
Hal lain yang juga 'mencuri' atensi tanpa kita sadari adalah kesulitan untuk mengatakan tidak, menolak permintaan dari orang lain yang terkadang menyita lebih banyak perhatian dari yang kita bisa berikan. Seperti yang diungkapkan Adam Grant di kutipan di atas, terkadang kita merasa malu, merasa bersalah dan tidak nyaman ketika menolak permintaan ‘kecil’ dari orang lain. Padahal untuk bisa kontinyu memberi, Grant menggunakan istilah Otherish Giver, orang yang bisa menentukan & memberi batas kapan, bagaimana, pada siapa ia akan memberikan bantuan.
Greg McKeown dalam Essentialism lebih keras lagi dalam menegaskan pentingnya untuk memasang pagar batas dari permintaan-permintaan yang bisa menghisap waktu, energi dan atensi. Batasan itu perlu ditegakkan bukan saat permintaan tolong itu dibuat, tetapi sebelum itu terjadi.2 Sehingga kita sudah punya kriteria yang jelas, permintaan macam apa yang off-limits dan mana yang tidak.
Dari ketiga penyebab ‘bocor halus’ ini, coba kita refleksikan kembali, mana yang paling banyak mencuri atensi kita? Jika sudah, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya terulang kembali. Selamat berefleksi!
The takeaway is this: focus less on the impression you’re making on others and more on the impression you’re making on yourself. The latter serves the former, a phenomenon that should become clearer and clearer throughout this book. Presence, Amy Cuddy.
Whoever it is that’s trying to siphon off your time and energies for their own purpose, the only solution is to put up fences. And not at the moment the request is made – you need to put up your fences well in advance, clearly demarcating what’s off-limits so you can head off time wasters and boundary pushers at the pass. Essentialism, Greg McKeown