Pernahkah kalian menghadapi tantangan yang nampak sulit, lalu menimbulkan perasaan terjebak dan kewalahan? Saat menghadapi tantangan semacam ini, saya biasa kembali pada anchor habits, rutinitas mendasar yang menjaga agar tetap teguh dan fokus.
Anchor Habit
Anchor habit adalah rutinitas dasar yang membentuk inti kehidupan sehari-hari.1 Mereka memberikan stabilitas, struktur, dan rasa kontrol dalam dunia yang tidak menentu. Anchor habit dapat menentukan ‘nada’ atau tempo dalam hari yang kita jalani. Ia juga menciptakan efek positif yang merambat ke aspek lain dalam hidup. Ia dapat mendorong konsistensi, disiplin, dan kesadaran, membantu tetap selaras dengan tujuan dan nilai-nilai yang kita percayai.
Saat tantangan dalam hidup membuat kita terguncang, kembali ke anchor habit dapat membantu. Rutinitas-rutinitas ini bertindak sebagai pusat gravitasi dalam diri sendiri, memberikan rasa nyaman dan kokoh. Karenanya ia dapat menumbuhkan kembali perasaan ‘mendapatkan kendali’. Paling tidak, dalam hal-hal yang memang dalam kuasa kita. Kemudian, dari sini efek reduksi stres juga terpenuhi. Saat mengetahui apa saja yang bisa kita lakukan, lalu mulai melakukannya, maka kecemasan pun berkurang. Kejernihan pikiran pun perlahan dapat kita capai kembali.
Habit & Tantangan Hidup
Terkait kebiasaan sehari-hari yang kita miliki dan dalam proses menghadapi tantangan hidup, terdapat beberapa pertanyaan ‘kuncian’ yang bisa diajukan. Seperti yang disarankan oleh Greg McKeown, penulis "Essentialism," tanyakan pada diri sendiri, "Apa saja rintangan yang menghalangi saya untuk menyelesaikan ini?" dan "Apa yang membuat saya gagal menyelesaikannya?" Buatlah daftar rintangan tersebut. Prioritaskan daftar ini dengan pertanyaan, "Apa rintangan yang jika dihilangkan, akan membuat sebagian besar rintangan lainnya menghilang?"
Setelah membuat daftar, mengakui hambatan-hambatan tersebut dan melakukan prioritisasi maka yang perlu dilakukan adalah memastikan agar kita dapat melakukan hal di urutan pertama dengan lebih mudah, lebih mulus dan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Di sinilah peran anchor habits kembali hadir. Ia dapat membantu kita dalam keadaan tenang, prima atau paling tidak jernih dalam menghadapi tantangan tersebut.
Jika kita dapat sepakat pentingnya anchor habits dalam mendukung kehidupan, maka penting adanya untuk menyadari, kebiasaan apa yang sudah kita adopsi sehari-hari. Berikut yang dapat kalian pertimbangkan dalam mengevaluasi:
Apakah kebiasaan tersebut sudah terbentuk dengan baik? Apakah ia sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai Anda saat ini?
Konsistensi adalah kunci dalam anchor habit. Apakah kebiasaan yang kalian miliki memungkinkan untuk dipraktekkan secara teratur? Atau terlampau sulit?
Saat menghadapi rintangan, pertimbangkan untuk mengadaptasi anchor habit Anda untuk mengatasi tantangan tertentu. Fleksibilitas ini dapat meningkatkan efektivitas kebiasaan tersebut.
Post dari Jonathan End ini cukup mewakili apa yang disebut dengan anchor habits yang telah diperhitungkan dan dilakukan sesuai tantangan yang dihadapi. Saya sendiri punya 2 hal yang rutin saya lakukan setiap hari untuk mengatur tone hari tersebut. Keduanya saya lakukan bersamaan: journaling Morning Pages dan berdzikir pagi (Morning Adhkar/Al-Ma’tsurat). Waktu paling ideal adalah sesaat sebelum waktu shubuh, ketika saya bangun lebih awal untuk ibadah malam. Tetapi jika tidak bisa di waktu tersebut, saya tetap melakukannya sepagi mungkin, yang saya bisa. Kebiasaan ini membantu saya melihat lebih objektif tantangan yang sedang dihadapi. Ia juga membantu mengosongkan isi kepala yang terkadang riuh, sekaligus menyaring ide-ide yang dapat berguna nantinya.
Ingatlah, seperti yang ditulis oleh Ash Ali dan Hasan Kubba dalam "The Unfair Advantage," segala sesuatu bisa terjadi, rintangan bisa muncul, namun pilihan ada pada bagaimana melihatnya dan bagaimana dampaknya pada diri kita. Jika Anda melihatnya sebagai peluang belajar, kita mungkin akan menemukan jalan baru dan tujuan yang lebih baik.
Jadi, anchor habits apa yang kalian praktekkan?