Di dua edisi ke belakang, kita sudah bahas tentang goal setting dan tantangan yang dihadapi. Kali ini kita berlanjut ke bagian paling penting: merealisasikan tujuan kita.
Make It As a Project
Setelah menetapkan tujuan, banyak orang yang salah paham, menganggap hal itu sudah cukup dan tidak dilanjutkan dengan aksi untuk menuju tujuan tersebut. Goal setting dianggap sudah cukup dan ia akan terwujud dengan sendirinya. Tiago Forte memberi alternatif untuk menghindari kesalahan serupa dengan menjadikannya sebagai project. Project berarti punya tenggat waktu, strategi dan langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya. Goal layaknya destinasi yang kita tuju, project adalah kendaraan yang kita pilih untuk sampai ke sana. Jika punya goal saja tanpa project, maka ia adalah mimpi semata. Jika punya project saja tanpa goal, maka ia adalah hobi. Tidak ada yang salah dengan hobi, asalkan kita paham bahwa hobi lebih untuk kesenangan dan tidak perlu diberi target pencapaian tertentu.
Audit Your Time Budget
Jika kita sudah sepakat bahwa memang perlu menjalankan project untuk merealisasikan tujuan yang telah kita pilih, lalu mulai dari mana? Dari pengalaman yang pernah saya jalani, unsur pertama yang dipastikan adalah waktu. Apakah kita punya waktu untuk menjalankan project ini? Jika tidak punya, mengapa? Jika punya, seberapa banyak yang bisa dialokasikan? Mana yang lebih prioritas, project yang sudah dijalani sekarang atau yang ingin diwujudkan? Saya mempelajari hal ini dari course Time Management Fundamentals dari Dave Crenshaw di LinkedIn Learning. Dari course ini saya menyadari pentingnya untuk mengaudit waktu yang dimiliki.
Hal yang melekat hingga saat ini setelah mempelajari course tersebut adalah untuk mengetahui most valuable activity. Dengan mengaudit secara objektif, apa kegiatan yang memang bernilai dan perlu saya lakukan dengan lebih tekun, di saat bersamaan juga menyadari kegiatan mana yang bisa dieliminasi. Dari sini kemudian kita bisa memberi porsi waktu lebih untuk tujuan hidup yang memang ingin kita realisasikan saat ini.
Focus On Three
Setelah mengetahui seberapa banyak waktu yang dapat kita anggarkan untuk project menuju goal, maka kita dapat lebih realistis dalam menentukan langkah selanjutnya. Misal saja menjalankan 2 project dalam waktu bersamaan. Meski begitu, Oliver Burkeman mengingatkan dalam bukunya Four Thousand Weeks, untuk membatasi jumlah project yang kita kerjakan dalam satu waktu. Tiga adalah jumlah maksimal yang ia sebut agar kita mampu betul-betul melaksanakan rencana kita dan menambah kemajuan terus menerus di semua project yang sedang berjalan.
Untuk mempraktekkan prinsip-prinsip di atas, saat ini saya mencoba menggunakan Daily Manifest journaling dari Visualize Value selama 30 hari ++ terakhir. Ia memiliki beberapa fungsi seperti scheduling, fokus pada goal jangka panjang (90 hari), breakdown dalam goal jangka pendek (30 hari) dan tugas prioritas yang perlu dilakukan hari ini.
Mengapa Daily Manifest? Apakah ia efektif? Saya akan bahas lebih lanjut bersama Devon & Grisselda di Ngulik Bareng: Analog Journaling di hari Jumat 18 September 2022. Yuk ikutan!