"What do you think about Starrez, Vinka?"
"Oh, don't worry about Vinka. She's self-taught, H... Just let her for several days and she'll ace it. I don't even need to train her any."
Ceritanya ketika ditanya manager bidang lain, eh belum kasih jawaban, langsung disamber sama line manager saya. Starrez itu nama software & juga penyedia jasa cloud untuk akomodasi pelajar. Sistemnya mudah dipahami. Sederhananya anggap aja database mahasiswa yang nge-kos + kemampuan komunikasi (bisa email, sms) di satu tempat.
Percakapan di kala meeting 'akbar' antar department ini membuat saya bertanya-tanya, mengapa saya bisa (dianggap) 'cepat' belajar sendiri di lingkungan ini? Apa ada faktor yang membedakan? Apa faktor-faktor ini bisa diduplikasi ketika belajar secara otodidak/self-learning? Ada 3 faktor yang saya temui dan semuanya berkaitan dengan rasa aman.
Safe to be dumb & amateur
Di awal masa pengenalan, manager yang memberi training menjelaskan banyak hal perihal teknis & non teknis. Tetapi ada satu poin yang beberapa kali diulang: “Banyak hal dalam menjadi resident assistant yang tidak bisa diajarkan, kadang kamu harus menemui masalahnya dulu dan kita bisa pikirkan bersama solusinya. It’s okay if you don’t know, just ask. It’s okay if you make a mistake, just let me know. Sooner will be better, though.”
Kalimat ini memberi garansi dan rasa aman untuk saya pribadi, bahwa ketidak-tahuan itu wajar dalam berproses. Jika memang membuat kesalahan, tidak apa-apa. Nanti bisa diselesaikan bersama.
Apakah hal ini berarti saya tidak pernah dimarahi atau mendapat konsekuensi ketika berbuat kesalahan? Tentu tidak. Tetapi pendekatan yang ditunjukkan adalah: “Okay, it happened. What do you think we could do to solve it or make it better?”
Ketika belajar secara otodidak, hal ini dapat diterapkan dengan memberi izin pada diri sendiri untuk menjadi ‘bodoh’ dan amatir. Mengutip Austin Kleon di Show Your Work, ‘Amateurs are not afraid to make mistakes or look ridiculous in public’. Ada pula yang menyebut hal ini sebagai ‘beginner mindset’. Dengan menerima kesalahan sebagai bagian dalam proses belajar, kita bisa lebih legowo & produktif ketika memang hal tersebut terjadi. Oke, aku sudah berbuat salah, apa yang bisa kulakukan?
Safe exit: know the emergency button
Sebuah sistem yang baik memiliki mekanisme pencegahan yang sudah dirancang & dipahami sebelum bahaya itu betul-betul terjadi. Karena jika memang bahaya itu hadir, semua orang perlu tahu di mana tombol darurat yang perlu ditekan, nomor yang perlu dihubungi, dst. Dalam pekerjaan, beberapa training diwajibkan, seperti Health & Safety, Fire Safety, First Aid at Work, Safeguarding, untuk mengetahui langkah apa yang perlu dilakukan dalam keadaan darurat. Untuk hal-hal lain yang tidak masuk kategori bahaya, tetapi dapat dicegah dengan tindakan yang cepat, di tempat kerja sudah ada prosedur yang ditetapkan. Misalnya saja untuk tahu siapa yang perlu ditanyai tentang payroll, hak dari tenant/penyewa akomodasi, permasalahan IT, dan lain-lain.
Prosedur seperti ini mungkin dirasa sebagai perihal yang biasa saja dalam bidang pekerjaan. Tetapi bagaimana untuk mengaplikasikannya dalam proses belajar otodidak? Saya menemukan solusinya dengan berjejaring seluas-luasnya. Misalnya saat belajar personal knowledge management, saya mencari, berkenalan, berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Saya juga bergabung dengan komunitas yang ngulik topik ini. Pendekatan lain juga bisa ditempuh, misal dengan adanya guru atau mentor. Dengan adanya internet, rasanya hal ini bisa diterapkan dan tidak sulit. Jika masih merasa kesulitan untuk memulai interaksi online, post ini barangkali bisa membantu.
Safe Limits
Karena bekerja di area yang sama dengan tempat tinggal, terkadang sulit melepaskan diri dari pekerjaan. Menentukan batas adalah salah satu prinsip yang ditekankan manager sejak awal bekerja. “I know sometimes people will misunderstand you. Mereka akan lapor kerusakan di flat ketika bertemu kamu, bahkan ketika berpapasan di jalan. Stop them. Simply say: I’m not working right now, you could email or stop by when it’s opening hours. If it’s urgent, call the main office. Don’t stretch yourself thin.”
Bekerja sesuai dengan waktu yang telah disepakati menjaga kita tidak mencapai titik burnout, memenuhi hak yang dimiliki pegawai & membantu membangun situasi kerja yang sehat. Prinsip ini juga bisa kita terapkan saat kita belajar. Greg McKeown dalam Effortless menyebutkan bahwa kita perlu menerapkan batas atas & batas bawah dalam berkomitmen mengerjakan sesuatu. Dengan menerapkan batas, kita menjaga diri kita sendiri untuk mampu menjalani sesuatu hal dalam kurun waktu yang lama, kontinyu & berkesinambungan.
Salah satu batas yang biasa saya terapkan adalah time-blocking atau menetapkan durasi yang bisa saya jalani. Pomodoro techniques adalah salah satu contoh cara yang mengedepankan time-blocking. Dari sini juga dapat dicatat kegiatan belajar apa yang bisa dipanjangkan durasinya dan mana yang tidak.
TL;DR untuk meningkatkan kapasitas belajar otodidak dengan rasa aman:
Izinkan untuk berbuat salah & menjadi bodoh dalam proses belajar
Miliki support system untuk bertanya, meminta advis dalam keadaan darurat
Tentukan batas aman belajar agar dapat konsisten
Selamat mencoba!