*Judul ini terinspirasi dari salah satu sub-bab di buku The Pathless Path karya Paul Millerd
Di minggu perayaan Idul Fitri ini, saya bertemu sanak keluarga, kerabat setelah bertahun-tahun melewatkan momen ini. Banyak bertukar cerita, kisah yang selama ini tidak tersampaikan atau sulit dibicarakan via komunikasi daring atau medium tak langsung lainnya. Topik yang umum muncul terkait dengan uang. Mulai dari kesulitan dalam usaha karena pandemi, kemalangan yang terjadi karena kecerobohan pengaturan finansial, sampai di perselisihan dengan kerabat sendiri karena uang.
Saya paham bahwa uang merupakan bagian penting dari kehidupan kita, namun relasi kita dengan uang sering kali kompleks dan dihinggapi oleh mitos dan kesalah pahaman. Saya percaya bahwa penting untuk menantang kepercayaan yang kurang tepat ini dan mengeksplorasi fungsi sebenarnya dari uang.
Uang Bukanlah Segalanya
Banyak dari kita yang percaya bahwa uang adalah kunci kebahagiaan dan kesuksesan. Meskipun memang uang dapat memberikan kesempatan dan kenyamanan, penting untuk mengakui bahwa uang bukanlah segalanya. Riset dari Danny Kahneman & Angus Deaton membuktikan bahwa ada titik tertentu (penghasilan $75.000/tahun di US) dimana pertambahan uang tidak lagi signifikan menambah kebahagiaan.1
Dari kutipan ini kita juga diingatkan paradoks yang terjadi saat kita mengasosiasikan nilai dari uang tunai dan pengalaman yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bias yang perlu disadari dalam benak kita dan kita sikapi: bisakah kita melepaskan dari bias ini?
Fungsi Uang (yang Sebenarnya)
Lalu, apa tujuan sebenarnya dari uang? Pada intinya, uang adalah alat yang memungkinkan kita untuk menukarkan nilai. Uang adalah sarana untuk memfasilitasi perdagangan dan komersial, memungkinkan kita untuk mengakses barang dan jasa yang diperlukan untuk menjalani kehidupan kita. Dalam hal ini, uang adalah objek netral. Masalah biasanya muncul ketika kita mengaitkannya dengan nilai diri, nilai orang lain, menjadikannya standar dan mengartikannya seolah-olah kepemilikan atas uang merupakan perihal emosi, perasaan, kekuatan, kejahatan, ketakutan, kuasa dan identitas.
Riset membuktikan dengan jelas bahwa orang-orang yang dapat menempatkan uang dalam fungsinya yang paling mendasar yaitu sebagai instrumen atau alat tukar, ternyata menganggap manajemen keuangan itu mudah. Mereka cenderung memiliki lebih sedikit hutang, lebih banyak tabungan, dan tingkat tekanan finansial yang lebih rendah. Di sisi lain, ketika kita mulai memikirkan uang secara emosional, kita cenderung lebih mudah cemas, memiliki harga diri yang lebih rendah, dan lebih banyak ketakutan finansial. Dari sini kita paham perlunya memutuskan bagaimana kita menggunakan uang dan jenis dampak yang kita inginkan terhadap hidup kita.
Cara Memaknai Kembali Relasi dengan Uang
Untuk memaknai kembali relasi kita dengan uang, kita perlu mulai dengan memeriksa kembali kepercayaan dan sikap kita terhadap uang. Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita lakukan:
Refleksikan nilai-nilai kita: Apa yang sebenarnya kita hargai dalam hidup? Apakah itu uang, ataukah sesuatu yang lebih dalam, seperti cinta, hubungan, atau pertumbuhan pribadi? Ketika kita mengidentifikasi nilai-nilai inti kita, kita dapat menggunakan uang sebagai alat untuk mendukung nilai-nilai tersebut, bukan sebagai tujuan akhir itu sendiri.
Pikirkan sosok seperti apa yang ingin kalian lihat dalam diri sendiri, terkait dengan uang yang kalian miliki: Sebagai instrumen dan alat tukar, uang hanyalah bergantung subjek yang memanfaatkan kegunaannya. Seorang kriminal menggunakan uang untuk mendukung kejahatannya, seorang yang dermawan akan menggunakan uang untuk mendukungnya berbuat kebajikan.
Praktikkan rasa syukur: Alih-alih fokus pada apa yang tidak kita miliki, kita dapat menumbuhkan rasa syukur atas apa yang kita miliki. Ini membantu kita menghargai kelimpahan dalam hidup kita, dan dapat membantu memindahkan fokus kita dari kepemilikan material.
Buat anggaran: Dengan menetapkan tujuan keuangan dan membuat anggaran, kita dapat lebih sengaja dalam pengeluaran kita dan memastikan bahwa uang kita sejalan dengan nilai-nilai kita. Ini dapat membantu kita menghindari pengeluaran berlebihan dan memastikan bahwa uang kita digunakan untuk hal-hal yang benar-benar penting bagi kita.
Jangan bandingkan diri dengan orang lain: Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, dan membandingkan diri dengan orang lain hanya akan menghasilkan kecemburuan dan ketidakpuasan. Alih-alih membandingkan diri dengan orang lain, kita dapat fokus pada pencapaian dan tujuan kita sendiri, dan berterima kasih atas kemajuan yang telah kita buat.
Dalam mengimajinasikan kembali relasi kita dengan uang, penting untuk mengakui bahwa uang adalah alat yang dapat digunakan untuk mendukung tujuan dan nilai-nilai hidup kita. Dengan mempertimbangkan dengan cermat cara kita menggunakan uang dan memastikan bahwa keputusan keuangan kita sejalan dengan nilai-nilai kita, kita dapat membangun relasi yang lebih sehat dengan uang dan memaknai ulang arti uang dalam hidup kita.
Saya membahas lebih panjang topik ini di artikel ‘How Rich We Should Be?’ https://vinkamaharani.com/howrich