Halo semuanya, jumpa lagi di tulisan Devon, kali ini bagian terakhir dari serial ROTIxPRODUKTIF. Setelah kita mencoba bagaimana mengumpulkan alat dan bahan untuk berkarya lalu mengolahnya menjadi adonan, kemudian proofing atau istirahat sejenak, kini kita bakal bahas gimana kalau apa yang kita produksi udah jadi? Tentu yang perlu kita lakukan adalah berbagi, share it ke orang-orang. Roti yang udah jadi akan lebih nikmat jika dibagikan ke orang-orang.
Nah, kali ini gw bakal pakai referensi dari buku Show Your Work karya Austin Kleon, ada beberapa kutipan menarik, kenapa sih kita perlu membagikan karya kita ke orang-orang dan apa yang harus diperhatikan.
By generously sharing their ideas and their knowledge, they often gain an audience that they can then leverage when they need it—for fellowship, feedback, or patronage.
Pertama, ketika kita berbagi apa yang kita kerjakan, bukan hanya orang yang menerima apa yang kita sampaikan yang mendapatkan sesuatu, tetapi kita bakal mendapatkan hal baru juga, yaitu berupa feedback, jadi kita tahu kelebihan dan kekurangan kita.
Contohnya pada roti, ketika kita membagikan ke orang-orang, kita akan tahu bahwa roti yang kita buat apakah kemanisan, terlalu asin, atau justru tawar, ga ada rasanya sama sekali. Kalau kita ga berbagi, kita ga akan berkembang juga, kita ga bakal tahu kalau roti yang kita buat ternyata ada beberapa yang ga pas.
“To all viewers but yourself, what matters is the product: the finished artwork. To you, and you alone, what matters is the process: the experience of shaping the artwork.”
Mungkin ketika kita share karya kita ke orang, bakal ada komentar positif maupun negatif. Itu tidak apa-apa, karena bagi orang-orang yang penting adalah hasilnya. Hasil itu penting, tapi yang lebih penting lagi buat diri kita adalah prosesnya. Ketika menerima komentar, kita ga bisa menerima mentah-mentah juga, coba terjemahkan ke prosesnya terlebih dahulu.
Misalnya ketika orang mengomentari roti kita ga enak karena tawar, kita ga bisa langsung bereaksi ke orang tersebut, tapi coba balik lagi ke prosesnya, pada saat proses apa yang terjadi. Ketika kita ulik lebih dalam, kita bisa menemukan kekurangannya, oh ternyata kita cuma pake gula 100 gram, mungkin kalau 200 gram baru pas rasanya.
If you fail to properly attribute work that you share, you not only rob the person who made it, you rob all the people you’ve shared it with. Without attribution, they have no way to dig deeper into the work or find more of it.
Terakhir, karena seperti yang gw percayai juga, ga ada yang baru di dunia ini, karya kita pasti juga berasal dari berbagai sumber, jadi tulislah kita dapet sumber darimana. Nah kenapa kita perlu melakukan ini? Pernyataan diatas itu menjawab pertanyaan gw kenapa perlu menaruh daftar pustaka di skripsi.
Kalau konteks kita mencuri karya sumber kita mungkin udah jelas ya, tapi yang membuat gw tersentak, ketika kita ga kasih sumber, kita juga mencuri pengetahuan dari orang yang mau tahu lebih jauh apa yang kita tulis, apa yang sumber kita tulis. Kalau kita ga tulis sumber, berarti berhenti di karya kita aja, orang-orang ga dapat pengetahuan lebih jauh lagi, kita mencuri pengetahuan itu dari penikmat karya kita.
Ya, jadi itulah 3 hal yang perlu kita perhatikan ketika kita mau sharing karya. Ketika kita berbagi karya, hubungannya ga cuma satu arah ternyata, tapi dua arah.
Teach 🔁 Learn.
Saatnya kita berbagi, so goodbye 😚👆and good night 👉💥 !
Suka banget sama tulisan Devon yang ini. Pengen aku simpen dan cetak trus Pajang di vision board.